SuaraPemerintah.ID-Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir menargetkan terminal peti kemas milik PT Pelabuhan Indonesia (Persero) atau Pelindo Group masuk dalam 8 terminal terbesar di dunia. Target tersebut seiring dengan merger Pelindo I-IV yang ditargetkan pemegang saham pada Oktober 2021 mendatang.
“Dan tentu kita juga sedang menunggu bagaimana transformasi yang ada di Pelindo, yang setelah digabungkan bisa Pelindo yang sesuai kita harapkan nanti peti kemasnya nomor 8 terbesar di dunia,” ujar Menteri BUMN, Erick Thohir di Jakarta, Senin (13/9/2021).
Pemegang saham mencatat, penggabungan perseroan dalam satu payung Holding BUMN Kepelabuhan akan diikuti dengan pembentukan sub-holding. Tujuannya, sub-holding bisa mendorong kegiatan kegiatan operasionalnya.
Sebagai operator utama sejumlah pelabuhan di Indonesia, keberadaan empat perseroan dalam satu holding baru, juga dinilai mampu menghadirkan layanan yang terintegrasi dan terstandarisasi. Dimana, layanan di satu pelabuhan akan sama dengan pelabuhan lainnya.
Bahkan, merger Pelindo Group diyakini bisa membuat kualitas layanan logistik di Tanah Air semakin meningkat.
Keberadaan holding pun mampu menekan biaya logistik yang saat ini tercatat masih berada di level 23,5% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Angka itu berbeda dengan Malaysia yang hanya mencapai 13 persen dari PDB negara setempat.
Besarnya biaya logistik ini sangat berpengaruh pada indeks kemudahan berusaha yang selama ini menjadi perhatian calon investor untuk berinvestasi di sebuah negara.
Meski demikian, sisi negatifnya juga harus diperhatikan, khususnya terkait keberlangsungan usaha anak dan cucu perseroan. Ihwal Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) pun menjadi pertimbanganlain salam proses merger.
Senada dengannya, Pengamat BUMN dari Universitas Indonesia (UI) Toto Pranoto mencatat, langkah transformasi perseroan pelat merah itu untuk meningkatkan value creation Pelindo group. Sumber penciptaan nilai bisa di dihasilkan dari efisiensi biaya dari masing-masing perseroan.
Hal ini diharapkan bisa mengurangi biaya logistik secara nasional. Bahkan dengan merger, memungkinkan adanya potensi produktivitas layanan yang dapat ditingkatkan manajemen.
“Misal dengan layanan kombinasi produk yang bisa di bundling serta spesialisasi di masing-masing legacy. Misal ada yang fokus di peti kemas, car terminal atau passenger terminal, serta fokus sebagai hub pelabuhan export,” tutup Toto.