SuaraPemerintah.ID – Seorang diva seperti Kris Dayanti Trenggono tentunya telah meraih popularitas sebelum menjadi anggota dewan. Namun kini dengan kiprah barunya sebagai anggota DPR RI dari Fraksi PDIP, KD panggilan akrab  Kris Dayanti telah meraih kepercayaan publik baru sebagai wakil rakyat yang berbuat banyak untuk rakyat.
Seperti apa pengalaman KD di ruang politik Indonesia, berikut kutipan wawancara Krisdayanti seperti dilansir dari Youtube Akbar Faizal Unsensored berikut ini.
Anda tidak menyesal untuk masuk ke ruang politik ini?
Buat saya untuk mendapatkan label diva artinya tanggung jawab moral saya sebagai penyanyi setelah begitu banyak tempaan, sempat saya juga berpikir bahwa mungkin di antara 560 anggota DPR, saya satu-satunya yang enggak punya label akademis. Sempat juga terpikir, bahwa kalau kita kurang cerdas bisa diperbaiki dengan pengalaman artinya saya juga menganggap bahwa di dunia politik ini juga sama. Saya telah ditempa dalam dunia industri yang besar dan keras, jadi saya pikir sama. Mungkin pencapaian yang diraih sahabat-sahabat saya di parlemen sama dengan pencapaian saya di panggung dan di industri musik. Jadi, jangan pernah merasa bahwa politik adalah wilayah pengabdian saya yang baru. Atas izin Tuhan dan semesta menggerakkan saya untuk bisa terjun langsung di politik, dengan kebaikan Gusti Allah saya diberikan kendaraan politik yang begitu baik, Partai PDI Perjuangan yang menempatkan saya di Dapil yang pas banget di kota kelahiran saya di Batu, Malang yang selama ini belum punya keterwakilan perempuan. Semua pekerjaan pasti ada risiko dan tantangan, jadi kalau nyebur sekalian engga ada setengah kaki. Pokoknya seneng.
Bagaimana pemilih Anda tahu, bahwasanya seorang Krisdayanti mampu mewakili seluruh pikiran dan perasaan mereka? Seberapa yakin Anda dengan dunia politik dengan kepercayaan yang besar dari konstituen Anda yang berhasil meraih suara terbanyak di Dapil Anda?
Sebetulnya siapa saja bisa mendapatkan kesempatan di ruang politik. Tinggal bagaimana kita punya keteguhan hati, mau atau tidak mau. Saya pikir dengan saya datang ke rumah-rumah di 471 desa selama tujuh bulan, mungkin pendekatan humanis yang kerja nyata. Saya memilih rumah yang paling sederhana untuk dikunjungi dan memberikan perhatian ke semua lapisan dan mereka itu setengah engga percaya dan modalnya saya murah meriah saja dengan speaker kampung, Toa dan saya nyanyi itu satu desa sudah kumpul. Saya cocktail effect saja waktu itu, ada Presiden Jokowi ada caleg lain. Memang saya ibaratnya ter-effect dari caleg dan capres dan dampaknyat terasa sekali ke saya.
Habis berapa?
Sekitar tiga miliar. Secara logistik juga bantu dan yang ditangkap oleh warga adalah kesungguhan saya untuk hadir menyampaikan bahwa kita bisa bersama-sama, yuk kita bangun dengan persatuan dan kesatuan untuk menguatkan pemberdayaan perempuan kita bisa bikin Indonesia jadi hebat.
Bagaimana Anda bisa membawa diri untuk masuk dalam sebuah situasi dari dunia gemerlap ke kehidupan wong cilik?
Dalam setiap kesempatan, saya selalu bilang bahwa saya merasa diberikan ruang di PDIP karena salah satu Trisakti Bung Karno, berkepribadian dalam kebudayaan. Karena itulah saya merasa bahwa ruang saya sebagai seniman di PDIP ini jejeg (tegak, red.). Begitu juga dari sudut perspektifnya para senior saya semuanya, ya KD datang sebagai seniman. Engga bisa dipungkiri bahwa saya harus tetap eksis di dunia seni, dunia nyanyi. Dan itu alhamdulillah partai saya memberikan penghargaan tinggi. Saya diizinkan tetap menyanyi dan buat saya, saya tahu, ya itulah kalau di seni itu ada standarnya, di mana orang akan melihat yang terakhir kita lakukan.
Bagaimana dengan Kode Etik DPR RI tentang mendahulukan dan memprioritaskan tugas-tugas sebagai anggota dewan dibanding tugas masing-masing?
Saya tidak menutupi. Pernah saya lewat rapat pleno Juli 2021 ditegur oleh Mahkamah Dewan karena saya menyalahi aturan saya tampil di satu acara live jam 12 siang waktu kerja kita. Jadi saya ditegur secara langsung. Buat saya itu jadi satu pengalaman. Setelah ditegur saya langsung telepon ketua fraksi, minta maaf dan berjanji hal-hal seperti itu tidak terulang. Saya engga boleh berkecil hati, bahwa masyarakat mengingatkan saya supaya untuk lebih hati-hati.
Anda pernah mengatakan fasilitas untuk anggota DPR yang positif Covid sebagai buang-buang anggaran, mengapa?
Ya iyalah, semua anggota DPR udah punya uang lah. Saya setiap tanggal satu terima gaji pokok 16 juta, tanggal 5 ada tunjangan-tunjangan 59 juta. Yang lainnya, dana aspirasi yang memang wajib untuk kita setiap reses 450 juta lima kali dalam setahun, di mana kita harus menyerap aspirasi di 20 titik di setiap kehadiran kita. Mohon maaf nih, para senior-senior saya kalau saya salah tapi artinya saya optimalkan semaksimal mungkin. Saya akan tergetar hati saya kalau saya tidak menyampaikan tugas-tugas saya untuk kemasyarakatan. Selanjutnya, kunjungan dapil 140 juta delapan kali dalam setahun. Udah sangat simpel, Udah deh, kita tuh yang namanya sembako dan lain-lain udah ibaratnya harus kita kucurkan seperti air karena bentuk kehadiran kita sebagai anggota dewan itu memang dibutuhkan. Seharusnya setiap saat, karena anggarannya ada.
Tentunya dibandingkan dengan penghasilan seorang diva belum seberapa. Pendapat Anda?
Saya sekarang berdiri di dua ruang, sebagai diva yang sekarang menjadi politisi. Artinya saya sudah melewati masa saya sebagai orang yang nyanyi dengan harga ratusan atau iklan miliaran. Cuma ini jadi wilayah pengabdian saya yang lain, dalam bidang politik ini. Saya berpikir bahwa transformasi saya dari diva ke elite politik nasional ini, yang mau itu banyak. Jadi kalau saya tidak syukuri nikmat ini tuh, sayang. Jadi saya sangat menikmati. Tinggal saya minta ridho Gusti Allah sama suami saya aja untuk bisa bergerak melangkah.
Apa yang paling mengganggu pikiran Anda selama jadi anggota dewan?
Saya sedih ketika sekarang, memang yang namanya sosial media itu begitu menjadi konsumsi publik yang sangat terasa arusnya dan ketika saya sebagai orang tua juga khawatir karena literasi kita semakin kurang baik, apalagi bangsa ini akan menjadi besar kalau akses pendidikan menjadi keutamaan. Saya pikir, kita boleh mengkonsumsi sosial media tapi juga anak-anak harus kita upayakan tetap rajin membaca. Jadi walaupun berita-berita yang dicomot-comot ibaratnya oleh para pemberi berita atau portal sebagai bentuk artikel tanpa konfirmasi dan lain-lain itulah yang terjadi dan ketika saya berpikir bahwa ini harus kita luruskan bahwa setiap orang yang menerima berita-berita hoaks ataupun berita yang ada di portal ini khan informasinya tipis. Kita sendiri yang harus memfilter berita itu.


.webp)
















