Kamis, Oktober 16, 2025
spot_img

BERITA UNGGULAN

Menristek Bambang Proyeksikan Transportasi Masa Depan Akan Cashless dan Humanless

SuaraPemerintah.id – Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/Kepala BRIN) Bambang Brodjonegoro memproyeksikan bahwa sistem transportasi di masa depan akan cashless (nontunai) dan humanless (tanpa awak).

“Menurut saya inti sistem transportasi masa depan itu cashless dan humanless,” kata Menristek dalam webinar bertajuk “Membangun Ekosistem Digital dalam Industri Transportasi”, Kamis, 25 Februari 2021.

- Advertisement -

Menurut Bambang pembayaran nontunai di sistem transportasi saat ini telah menjadi gaya hidup tersendiri. Sistem pembayaran nontunai dinilai memberikan  kenyamanan dalam sistem transportasi.

“Pelan tapi pasti, banyak orang Indonesia akan terbiasa dengan cashless ini,” ungkapnya.

- Advertisement -

Sementara itu kendaraan tanpa awak dinilai akan dapat mendominasi lalu lintas di masa depan jika benar-benar berhasil menurunkan tingkat kecelakaan di jalan karena kelalaian manusia.

Bahkan menurut Bambang, kendaraan tanpa awak akan mencapai 60 persen dari total penumpang pada 2040 mendatang.

“Karena alasan utama kendaraan tanpa awak adalah untuk mengurangi kecelakaan yang terjadi karena human error, kita akan lihat apakah teknologi ini akan meminimalkan kecelakaan. Kalau bisa, saya rasa kendaraan tanpa awak akan cukup dominan,” pungkasnya.

Perlu diketahui jika transportasi juga mengarah semakin efisien.

Waktu tempuh menuju tempat kerja merupakan faktor yang mempengaruhi produktivitas suatu kota, demikian menurut studi yang dilakukan oleh Credo, perusahaan konsultan bisnis yang berbasis di London,

Sebagai perbandingan waktu tempuh pengguna transportasi publik di London ke tempat kerja lebih singkat dari rata-rata masyarakat Jakarta. Masyarakat Ibu kota Inggris itu membutuhkan waktu rata-rata 6,8 menit untuk mencapai stasiun keberangkatan, dan 10 menit untuk menunggu bus/kereta.

Perjalanan memakan waktu 27 menit hingga stasiun pemberhentian. Kemudian, sekitar 6,8 menit untuk mencapai tempat kerja.

Rata-rata mereka menghabiskan waktu 45 menit untuk mencapai tempat kerjanya, demikian menurut studi berjudul The Mobility Opportunity yang disampaikan saat World Cities Summit 2014 di Singapura pada awal Juni itu.

Studi yang disponsori oleh perusahaan raksasa Eropa Siemens itu meneliti 35 kota di berbagai belahan dunia. Hasilnya adalah waktu rata- rata yang dihabiskan masyarakat dunia untuk menuju ke tempat kerja menggunakan transportasi publik adalah 66 menit.

Kota-kota yang diteliti dibagi menjadi tiga kategori yaitu kota maju (well-established cities), kota yang mempunyai kepadatan tinggi (high density compact centers) dan kota berkembang (emerging cities).

Credo mengambil data dari statistik PBB untuk jumlah penduduk perkotaan, sementara data PDB tiap-tiap kota dan penduduk mengacu kepada data dari Brookings Institution.

“Beberapa kota bahkan kami mulai teliti dari nol,” kata Senior Partner Credo, Chris Molloy.

Studi yang dilakukan pada 2013 tersebut memperhitungkan sejumlah faktor seperti waktu tempuh perjalanan, kepadatan arus lalu lintas, dan kepadatan jaringan transportasi seperti jumlah stasiun dalam suatu area, yang kesemuanya berdampak terhadap produktivitas kota.

Hasilnya, kota Kopenhagen,Denmark menjadi kota yang paling efisien sistem transportasinya untuk kategori kota maju dengan angka 8,6 persen. Sementara Singapura menjadi yang terbaik di kategori kota padat dengan nilai biaya transportasi 8,9 persen dari setiap PDB per kapita penduduknya.

Untuk kategori kota berkembang, Santiago,Cile menjadi yang terbaik dengan angka 10,8 persen.

Ketiga kota tersebut mempunyai ciri yang serupa, yaitu sama-sama membangun transportasi massal berbasis rel atau metro. Jaringan metro mereka mempunyai fungsionalitas tinggi dan bisa memenuhi permintaan dan kapasitas penumpang dengan baik.

Selain itu, jaringan kereta bawah tanah yang terintegrasi dengan sistem Bus Rapid Transit (BRT) bisa menekan arus lalu lintas di ruas jalan kota.

“Hasil dari studi kami menunjukkan angka yang paling efisien untuk biaya transportasi berada di sekitar 10 persen dari PDB tahunan masyarakat,” kata Molloy.

(red/pen)

- Advertisement -

Kirimkan Press Release berbagai aktivitas kegiatan Brand Anda ke email [email protected]

Artikel Terkait

Suara Hari Ini

Ikuti Kami

10,502FansSuka
392PengikutMengikuti
7PengikutMengikuti
2,910PelangganBerlangganan

Terbaru