SuaraPemerintah.ID –Â Perusahaan farmasi BUMN, PT Kimia Farma Tbk berhasil membukukan laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 57,60 miliar di semester pertama tahun ini. Perolehan ini meningkat sebesar 18,57 persen dari periode yang sama di tahun sebelumnya Rp 48,75 miliar.
Kenaikan laba bersih mengerek nilai laba per saham dasar Kimia Farma menjadi Rp 9,61 per saham dari sebelumnya Rp 8,75 per saham. Terkait publikasi laporan keuangan perusahaan di media massa, selama 6 bulan pertama tahun ini, Kimia Farma berhasil membukukan penjualan bersih sebesar Rp 5,55 triliun, meningkat 18,57 persen dari tahun sebelumnya Rp 4,68 triliun.
Seiring dengan kenaikan penjualan, beban pokok penjualan juga naik menjadi Rp 3,69 triliun dari sebelumnya Rp 2,89 triliun. Sehingga, pada semester pertama tahun ini, laba kotor KAEF menjadi sebesar Rp 1,86 triliun dari sebelumnya Rp 1,78 triliun.
Pada pos beban usaha tercatat kenaikan menjadi Rp 1,55 triliun dari sebelumnya Rp 1,51 triliun. Sedangkan, kerugian akibat selisih kurs mata uang asing naik menjadi Rp 6,48 miliar dari tahun lalu Rp 4,41 miliar.
Sampai dengan periode 30 Juni 2021, total aset emiten ini sebesar Rp 17,83 triliun, meningkat dari posisi 31 Desember 2020 yang sebesar Rp 17,56 triliun.
Nilai ini terdiri dari liabilitas sebesar Rp 10,66 triliun, meningkat dari Desember 2020 senilai Rp 10,45 triliun. Sedangkan, ekuitas perseroan tercatat sebesar Rp 7,11 triliun, naik tipis dari tahun sebelumnya Rp 7,10 triliun.
Pada perdagangan Jumat ini (24/9/21), saham KAEF menguat 0,43 persen ke level Rp 2.350 per saham dengan nilai kapitalisasi pasar Rp 13,05 triliun.
September tahun lalu, di tengah upaya pembuatan vaksin Covid-19, Menteri BUMN Erick Thohir memberikan penjelasan apa saja tugas BUMN farmasi ke depan, apalagi ada empat perusahaan farmasi yakni Bio Farma, Kimia Farma, PT Indofarma Tbk (INAF), dan PT Phapros Tbk (PEHA).
Menurut Erick, ada perbedaan tugas antara Kimia Farma dan Indofarma.
“Kita juga konsolidasikan klaster [BUMN] kesehatan, yakni menggabungkan Bio Farma dan fokuskan Kimia Farma dan Indofarma akan fokus pada kimia,” tutur Erick dalam HSBC Economic Forum bertajuk ‘Orchestrating the next move: Transforming Indonesia into Asia’s next supply chain hub’ secara virtual.