Senin, Oktober 20, 2025
spot_img

BERITA UNGGULAN

Kadin Menyebut Ekonomi Indonesia Kini Terbaik di Dunia

SuaraPemerintah.ID – Kamar Dagang Industri Indonesia (Kadin Indonesia) menyebut ekonomi Indonesia kini terbaik di dunia. Pasalnya, dilihat dari segi pendapatan negara dari segi pajak yang mencapai target tahun 2021 lalu.

Hal itu disampaikan Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Fiskal dan Publik Suryadi Sasmita, dalam MYEO Day 2: Prospek Pemulihan Ekonomi Indonesia di Tengah Perubahan Geopolitik Pascapandemi, Rabu (3/08).

- Advertisement -

“Kalau kita melihat tentang ekonomi ini bisa kita buktikan dengan satu kenyataan bahwa ekonomi Indonesia ini itu terbaik Kalau menurut saya di kita di dunia. Kita melihat dari segi pendapatan negara, pajak kita tahun lalu itu bisa mencapai di atas 100 persen, ini menandakan bahwa ekonomi kita tuh cukup baik,” kata Suryadi, dilansir dari liputan6.com.

Dalam paparannya, realisasi pendapatan negara 2021 mencapai Rp2.003 triliun atau 114,9 persen dari target APBN 2021. Dari penerimaan pajak Rp1.277,5 triliun yakni 103,9 persen dari APBN, Kepabeanan dan cukai Rp269 triliun (125,1 persen terhadap APBN), dan penerimaan negara bukan pajak mencapai Rp425 triliun (151,6 persen terhadap APBN).

- Advertisement -

Selain itu, Kadin juga melihat pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih baik dibanding negara-negara lain. Meskipun ekonomi Indonesia secara makro masih belum bisa kembali seperti sedia kala, namun pendapatan negara Indonesia lebih baik lantaran didorong dengan ekspor komoditas seperti batu bara, CPO, Nikel, dan Timah.

“Ini telah menunjang perekonomian secara nasional. Pendapatan ekspor dan impor kita ini pun kita mendapatkan surplus yang cukup besar di tahun ini, saya berpikir juga tahun depan pun masih bisa tetap maju. Sekalipun harganya sedikit turun tetapi permintaan akan masih tetap banyak,” ujarnya.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2022 tercatat tumbuh 5,01 persen secara year on year. Jika dibandingkan dengan negara-negara lain, pertumbuhan ekonomi Indonesia jelas cukup besar.

“Kalau kita bandingkan secara year on year masih bisa di atas 5 persen, ini akan sampai akhir tahun pun tetap masih akan mencapai diatas 5 persen. Kalau kita lihat dari negara-negara lain seperti China hanya 4,8 persen, Singapura 3,4 persen, Korea Selatan 3,7 persen, bahkan Amerika hanya 4,29 persen , Jerman 4 persen . Jadi kita nih adalah yang terbaik di antara beberapa negara,” katanya.

Menurutnya, perekonomian Indonesia bisa tumbuh karena memiliki pegangan komoditas ekspor yang mumpuni. Terdapat lima komoditas ekspor yang melonjaknya cukup baik, yaitu batubara, bauksit, timah, minyak sawit, dan nikel.

“Kita punya pegangan kita untuk tahun ini dan tahun depan, bahwa lima komoditas ini yang melonjaknya cukup baik sehingga masih bisa mempertahankan kita punya devisa, cadangan devisa kita masih bisa dipertahanin,” pungkasnya.

Sebelumnya, Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) Suahasil Nazara mengatakan, Pemerintah Indonesia harus mulai memikirkan bagaimana caranya mencari sumber-sumber pertumbuhan ekonomi baru setelah pandemi covid-19.

“Kita harus mencari sumber pertumbuhan ekonomi yang baru pasca pandemi Covid-19,” kata Suahasil dalam acara Mid Year Economic Outlook 2022,  Selasa (2/08).

Dia menjelaskan, sumber-sumber pertumbuhan ekonomi baru, tentunya tak jauh dari tren yang sedang dialami emerging market dan dunia internasional.

Suahasil menyebut ada 4 potensi sumber pertumbuhan ekonomi. Potensi pertama, yaitu pola hidup normal baru atau new normal yang diperoleh melalui kesadaran pola hidup sehat dan penggunaan aplikasi teknologi digital.

Kedua, peta perdagangan dan investasi baru, melalui diversifikasi supply chain, inisiasi regional supply chain, Indonesia dalam strategic global supply chain, dan fragmentasi globalisasi.

Potensi ketiga yaitu, kesadaran ekonomi hijau melalui kebijakan progresif net zero emission, permintaan produk dan investasi ramah lingkungan. Keempat, potensi ketahanan energi dan pangan.

Oleh karena itu, Pemerintah Indonesia harus mulai bersiap dan memikirkan rencana ke depan guna menata kebijakan-kebijakan yang diperlukan demi menjaga ketahanan energi dan pangan. Selain itu diperlukan alat pendukung yang mumpuni, salah satunya melalui akselerasi adopsi teknologi baru.

“Dan tentu beberapa alat dukungnya adalah akselerasi adopsi teknologi baru, revitalisasi industri yang bernilai tambah tinggi, pembangunan ekonomi hijau dan penguatan EBT, dan keberlanjutan program food estate,” pungkasnya.

- Advertisement -

Kirimkan Press Release berbagai aktivitas kegiatan Brand Anda ke email [email protected]

Artikel Terkait

Suara Hari Ini

Ikuti Kami

10,502FansSuka
392PengikutMengikuti
7PengikutMengikuti
2,910PelangganBerlangganan

Terbaru