.webp)
SuaraPemerintah.ID –Â Kepala Dina Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, Widyastuti mengimbau masyarakat untuk tidak panik atas munculnya kasus cacar monyet atau monkeypox di Indonesia.
Kemunculan monkeypox di Indonesia usai Kementerian Kesehatan mengumumkan kasus pertama cacar monyet di Indonesia 20 Agustus 2022 lalu.
Widyastuti juga meminta agar masyarakat menghindari melakukan kontak dengan siapa pun yang memiliki gejala, termasuk tidak melakukan hubungan seksual dengan banyak pasangan.
“Bagi penderita, perlu melakukan isolasi diri dengan baik untuk menghindari penularan ke orang lain,” ujarnya.
Adapun gejala dari monkeypox yakni diawali dengan demam, sakit kepala, dan pembengkakan kelenjar getah bening yang ditemukan di leher, ketiak atau lipat paha (selangkangan).
“Selain itu, gejala umum tersebut dapat disertai keluhan nyeri otot, sakit punggung, dan rasa lelah yang berkepanjangan. Setelah 1-3 hari sejak demam, gejala akan disusul dengan munculnya ruam pada kulit di beberapa bagian tubuh, berbentuk bintik merah seperti cacar, melepuh kecil berisi cairan bening atau berisi nanah yang kemudian menjadi keropeng dan rontok,” urainya.
Lebih lanjut, kata dia, jumlah lesi atau atau luka/lenting gelembung berisi cairan di kulit dapat sedikit maupun beberapa buah yang tersebar. Cacar monyet, lanjut Widyastuti, selain dapat menular melalui kontak langsung dari hewan yang sakit ke manusia, juga dapat menular antarmanusia maupun melalui benda yang terkontaminasi oleh virus.
Menurutnya, penularan cacar monyet antarmanusia tidaklah mudah. Penularan dari manusia ke manusia dapat melalui kontak erat dengan droplet, cairan tubuh atau kontak langsung kulit ke kulit yang terdapat ruam, termasuk melalui kontak seksual.
“Penularan juga dapat terjadi melalui kontak tidak langsung pada benda yang terkontaminasi, seperti pakaian, tempat tidur, handuk atau peralatan makan/piring yang belum dicuci,” pungkasnya.
