SuaraPemerintah.ID – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kepulauan Bangka Belitung (Babel) melalui Dinas Kearsipan dan Perpustakaan (DKPUS) Babel kembali menggelar pameran virtual foto-foto arsip bersejarah.
Pameran secara virtual kali ini adalah berkenaan dengan arsip foto-foto bencana alam yang terjadi tahun 2016 lalu di Babel.
Foto-foto arsip bersejarah tentang bencana alam itu, dipamerkan melalui website DKPUS Babel di alamat dkpus.babelprov.go.id.
Kepala DKPUS Babel Rakhmadi mengajak seluruh unsur masyarakat baik dari dalam daerah Babel maupun luar daerah untuk bisa mengunjungi pameran virtual arsip foto-foto bencana alam di Babel, khususnya yang terjadi pada tahun 2016 tersebut.
“Yuk kunjungi segera, pameran virtual arsip foto bencana alam ini, karena kami selenggarakan dalam waktu yang terbatas, lebih kurang 1 bulan, terhitung pertengahan Juli 2022 kemarin,” ajak Kepala DKPUS Babel Rakhmadi.
Menurut Rakhmadi, Arsip virtual ini dilakukan dalam rangka menyikapi tiga pilar yang dikeluarkan oleh Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), yakni Pertama, tertib arsip dalam jenis apapun; Kedua, transformasi kearsipan ke sistem digital yang aplikasinya sudah gunakan.
Aplikasi ini (SRIKANDI), seluruh OPD di lingkup Pemprov Babel sudah mendapatkan bimtek. Ketiga, arsip ini merupakan simpul dari semua bentuk dokumen yang terinclude (termasuk) menjadi memori kolektif bangsa.
Dalam pameran virtual kali ini, arsip foto-foto yang ditampikan diantaranya bencana alam banjir dan putting beliung.
“Kita tahu bersama pada tahun 2016 dan 2017, terjadi bencana alam besar di Babel, dan paling besar ada di Belitung Timur. Saat itu, akses transfortasi masyarakat terputus karena ada sejumlah jembatan dan jalan utama tidak bisa dilewati,” ujar Kepala DKPUS Babel, Rabu (10/8/2022).
Oleh sebab itu, DKPUS Babel ingin menyampaikan kepada masyarakat tentang arsip foto-foto bersejarah di tahun tersebut, yang sulit dilupakan.
“Arsip foto bencana alam ini sangat berguna, sangat penting dalam kaitan kita melihat berbagai persoalan, terutama dibidang pemerintahan bagaimana menanggulangi apa yang terjadi saat itu, dan terdampak apa terhadap masyarakat,” terangnya.
Selain itu, arsip foto-foto bencana alam 2016 itu, bisa digunakan sebagai dokumen pembanding dalam melaksanakan aksi.
Tidak kalah pentingnya, pameran arsip sejarah ini, masyarakat akan mengetahui, terutama generasi-generasi muda, ketika dia ingin melakukan riset, penelitian.
“Memori ini menjadi memori kolektif daerah. Seperti di Belitung Timur itu sudah menjadi memori kolektif bangsa, karena kejadian ini menjadi kejadian luar biasa dalam wilayah Bangka Belitung, khususnya di Belitung Timur,” tambah Rakhmadi.
Hal penting lainnya yang jangan diabaikan, sambung Rakhmadi, semua harus menjadi pengingat agar waspadai dan mengantisipasi terhadap kondisi tersebut.
