SuaraPemerintah.ID – Mataram Maggot Center (MMC) tak terlihat seperti tempat pengelolaan sampah. Lokasi ini lebih terlihat sebagai taman yang bagus untuk tempat pembelajaran pengelolaan sampah. Baik di kalangan tingkat sekolah, universitas maupun masyarakat pada umumnya.
Tak heran, aktivitas di lokasi Mataram Maggot Center kini tak pernah sepi. Hampir setiap hari selalu ada saja yang datang belajar mengelola sampah dengan memanfaatkan black soldier fly (BSF) yang kemudian dikenal dengan maggot ini.
Aktivitas para petugas pengelola sampah di lokasi ini juga cukup ramai. Maklum, di lokasi ini kini sudah ada 20 petugas yang standby mengelola sampah organik maupun plastik. Sampah organik menjadi pakan maggot sementara sampah plastik dikemas untuk dijual kembali menjadi plastik daur ulang.
“Kalau sampah organik sekarang kami habiskan sekitar 2,5 sampai tiga ton per hari untuk jadi makanan maggot. Sedangkan sampah plastik bisa kami kelola untuk didaur ulang sekitar 150 kilogram,” ujar Kepala MMC Kamarudin.
Setiap hari, panen maggot yang dihasilkan sekitar 70 sampai 80 kilogram. Maggot tersebut dikirim ke petani ikan di Karang Anyar Sweta. Sampah menjadi rupiah kini nyata dihasilkan dari budidaya maggot ini. Jika dulunya sampah yang bisa menjadi rupiah hanya sampah plastik, maka DLH Kota Mataram kini sudah membuktikan jika sampah organik juga bisa membawa berkah.
“Makanya semua kelurahan juga belajar mengelola maggot ke sini. Kami gratiskan bibit maggot. Tidak berbiaya. Tujuannya biar masif pengelolaan sampah di tiap kelurahan hingga ke tingkat lingkungan,” jelas Kamarudin.
Dengan demikian, sampah organik yang dibuang ke TPA Kebon Kongok terus mengalami pengurangan. Bahkan, data DLH Kota Mataram, terjadi pengurangan produksi sampah yang dibuang ke TPA Kebon Kongok mencapai 25 ton. Dari yang semula 240-250 ton per hari. Kini produksi sampah Kota Mataram sekitar 205-215 ton per hari.
Misi Pemkot Mataram untuk tidak ada lagi sampah yang dibuang ke TPA diharapkan bisa terwujud ke depannya. “Kalau pun ada yang dibuang kita harapkan itu hanya residunya saja,” tutur Kamarudin.
Itu pun, residu sisa pengolahan sampah organik menjadi maggot bisa untuk dijadikan pupuk yang bagus bagi tanaman. Sehingga secara umum semua bagian sampah sebenarnya bisa dimanfaatkan.
“Begitu juga sampah plastik sejenis kresek itu sekarang juga akan ditampung. Sampah kresek plastik itu sekarang berguna dan itu sudah kami kirim ke Lombok Timur 1,8 ton (untuk didaur ulang),” tegasnya.
Yang terpenting sekarang menurutnya adalah gerakan memilah sampah dari rumah itu harus terus dimasifkan. Kemudian setelah gerakan tersebut masif, pengelolaan sampah dengan maggot bisa diperbanyak di semua kelurahan hingga lingkungan. Dengan demikian, pengurangan produksi sampah jauh berkurang.
Apalagi dengan kehadiran TPST Modern yang akan hadir di wilayah Kelurahan Mandalika Kecamatan Sandubaya. Produksi sampah Kota Mataram yang dibuang ke TPA Kebon Kongok akan jauh berkurang.
“Kami juga berupaya mengubah kesan kalau tempat pengelolaan sampah itu harus kumuh, bau dan jorok. Makanya kami tata MMC ini sedemikian rupa seperti taman agar orang yang belajar kemari merasa senang dengan melihat prosesnya secara langsung,” tandasnya.
Cek Artikel dan Berita yang lain di Google News


.webp)













