Sektor pertanian Indonesia tengah memasuki era baru yang tak lagi hanya mengandalkan tenaga dan lahan, melainkan juga teknologi, data, dan inovasi digital. Melalui program Tani Digital, Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemkomdigi) berupaya mentransformasi pertanian menuju sistem yang lebih efisien, berkelanjutan, dan menyejahterakan petani.
Program ini memanfaatkan teknologi Internet of Things (IoT) dan kecerdasan artifisial (AI) untuk memperkuat ketahanan pangan nasional, sekaligus membantu petani naik kelas melalui pertanian berbasis data.
Dalam kegiatan Panen Tani Digital di Kabupaten Sragen, Menteri Komunikasi dan Digital, Meutya Hafid, menegaskan pentingnya pemanfaatan teknologi yang berdampak langsung bagi masyarakat.
“Teknologi baru itu tidak hanya mengawang, tapi harus membumi. Internet of Things (IoT) dan kecerdasan artifisial (AI) adalah teknologi-teknologi baru yang harus kita manfaatkan agar berdampak langsung terhadap produktivitas masyarakat,” ujar Menteri Komunikasi dan Digital Meutya Hafid dalam kegiatan Panen Tani Digital di Kabupaten Sragen.
Salah satu teknologi utama yang digunakan dalam program ini adalah IoT Smart Precision Agriculture System, inovasi lokal buatan anak bangsa. Sistem ini terbukti mampu meningkatkan hasil panen, menekan biaya produksi, serta menjaga keberlanjutan lingkungan.
“Tadi kita lihat produktivitasnya naik, sementara untuk penggunaan pupuk penurunannya sampai 50 persen, kemudian juga penurunan emisi karbon dan polusi air dengan penggunaan pupuk berlebih juga menjadi turun,” ungkapnya.
Program Tani Digital merupakan hasil kolaborasi antara Kemkomdigi, Kementerian Pertanian, Pemerintah Kabupaten Sragen, dan sejumlah startup penyedia teknologi pertanian. Kolaborasi ini menandai langkah konkret pemerintah dalam memperkuat kedaulatan pangan berbasis teknologi digital lokal.
“Ini adalah startup-startup lokal. Kalau kita mau mewujudkan kedaulatan pangan, teknologinya juga harus berdaulat. Anak-anak muda ini telah membuktikan bahwa startup lokal bisa betul-betul memberi solusi,” tandasnya.
Program ini juga sejalan dengan arah kebijakan Presiden Prabowo Subianto, yang menekankan pentingnya pemanfaatan teknologi pertanian modern seperti IoT dan AI dalam upaya mencapai swasembada pangan, sebagaimana disampaikan Presiden dalam KTT APEC 2025 di Korea Selatan.
“Kita ingin agar teknologi ini bisa dimanfaatkan dalam hal-hal yang menjadi prioritas Bapak Presiden,” tegasnya.
Salah satu petani asal Sragen, Tri Widodo, berbagi pengalaman nyata saat menggunakan teknologi IoT dalam kegiatan pertaniannya. Ia mengaku mengalami penghematan pupuk hingga 40 persen setelah mengikuti program Tani Digital.
“Saya sebelum pakai alat digital Jinawi itu, Bu, (pengeluaran biaya) pupuk per satu hektarnya 1,05 ton. Setelah pakai alat ini, saya menggunakan pupuk per hektarnya 650 kilogram,” jelasnya,
SLebih dari itu, perangkat IoT juga memudahkan petani dalam memantau kondisi tanah secara real-time, termasuk kadar keasaman dan unsur hara.
“Alat digital ini juga saya bisa melihat kesehatan tanahnya, kekurangan zat asam, itu bisa kita lihat,” ungkapnya.
Transformasi pertanian melalui program Tani Digital menunjukkan bahwa teknologi bukan hanya milik kota, melainkan juga sahabat bagi petani di desa. Program ini memperlihatkan bagaimana praktik tradisional dan inovasi digital dapat berjalan beriringan, menciptakan pertanian yang produktif, efisien, dan ramah lingkungan.
Dengan dukungan berbagai pihak, Tani Digital diharapkan menjadi model nasional pertanian berbasis teknologi, sekaligus memperkuat posisi Indonesia menuju kedaulatan pangan di era digital.
Cek Artikel dan Berita Lainnya di Google News


.webp)














