Minggu, Oktober 19, 2025
spot_img

BERITA UNGGULAN

Kisah Ilmuwan Perempuan Indonesia yang Diakui Dunia Berantas Demam Berdarah, Menjadi Penyintas Covid-19

SuaraPemerintah.id – Merupakan suatu keprihatinan saat masyarakat sibuk menghadapi pandemi Covid-19, kasus demam berdarah dengue (DBD) juga melonjak di musim penghujan dan pancaroba. Kasus DPD di Indonesia sejak tahun 1968 terus meningkat hingga puncaknya tahun 2016 terjadi 204.171 kasus. Bahkan, kasus kematian akibat DBD juga cukup tinggi.

Tragedi yang terus berulang seperti lingkaran setan tersebut telah mendorong para peneliti untuk menemukan solusi agar suatu saat nanti Indonesia bisa terbebas dari DBD. Adalah Prof. Adi Utarini, perempuan yang berinovasi untuk mendorong impian ini tercapai.

- Advertisement -

“Kami telah menitipkan 8.000 ember di berbagai daerah di Kota Yogyakarta, dari pemukiman, perhotelan, wisata, tempat ibadah, area perdagangan. Ember ini berisi telur nyamuk aedes aegypti yang telah memiliki bakteri wolbachia,” kata Prof Adi saat mempresentasikan penemuannya dalam TED Talks di UGM tahun 2018.

Nyamuk penyebab DBD yang telah ber-wolbachia tersebut ketika dewasa tidak mampu menyebarkan virus ke tubuh manusia. Uji coba penelitiannya di Yogyakarta pun terbukti berhasil menurunkan jumlah kasus DBD.

- Advertisement -

“Penitipan ember itu kami lakukan sejak Agustus 2016 sampai Desember 2017 dan 80% nyamuk (di Yogyakarta) sudah ber-wolbachia,” ucap perempuan yang akrab disapa Uut ini.

Hasilnya, kejadian demam berdarah turun rendah dan terus stabil. Padahal, lanjut dia, selama 5 tahun terakhir tingkat kasus demam berdarah serendah ini belum pernah terjadi. “Kalaupun rendah, setelah itu meningkat tajam kembali. Jadi ini merupakan awal dari sebuah pertanda baik,” ucap Uut.

Data Kementerian Kesehatan mengungkapkan bahwa dari minggu ke-15 tanggal 19 April 2021, jumlah kasus kumulatif DBD mencapai 6.122 kasus dengan jumlah kematian sebanyak 65 orang. Sejumlah 252 kabupaten/kota yang ada di 20 provinsi terjangkit. Paling tinggi kasus DBD menyerang kelompok usia 15-44 tahun.

Lebih jauh, Dinas Kesehatan Jawa Timur melaporkan terdapat 408 kasus penyakit demam berdarah selama Januari 2021. Meskipun memang angka ini turun dibandingkan bulan sama tahun 2020 yang mencapai 1.074 kasus.

Kasus DBD juga tinggi di Bekasi. Dinas Kesehatan Kota Bekasi mencatat jumlahnya mencapai 730 kasus selama Januari sampai April 2021. Bulan April, saat peralihan musim hujan ke musim kemarau menjadi masa di mana kasus DBD terjadi paling tinggi.

Gerakan 3M, yakni menguras, menutup, dan mengubur, yang diluncurkan Kementerian Kesehatan sejak bertahun-tahun lalu nampaknya belum efektif untuk menekan jumlah kasus DBD. Setiap tahun, masyarakat masih harus menghadapi kekhawatiran yang sama. Artinya, memang diperlukan solusi yang berbasis ilmu pengetahuan.

Sementara itu, program penekanan jumlah kasus DBD melalui nyamuk dengue ber-wolbachia ini telah mengurangi kasus demam berdarah hingga 77% di beberapa kota di Indonesia. Paling membanggakan keberhasilan ini membuat Uut masuk dalam jajaran 10 ilmuwan berpengaruh sedunia, Nature’s 10: Ten People Who Helped Shape Science in 2020.

Bahkan Presiden Joko Widodo pernah mengungkapkan rasa bangga sekaligus mengapresiasi prestasi Uut sebagai ilmuwan hebat Indonesia tersebut. Dia juga berharap prestasi ini bisa menjadi inspirasi bagi generasi muda Indonesia.

“Prof. Adi Utarini memimpin uji coba perintis dari sebuah teknologi yang dapat membantu memberantas demam berdarah, penyakit yang menyerang hingga 400 juta orang di seluruh dunia setiap tahunnya,” kata Jokowi melalui Instagram-nya tahun 2020 lalu.

Di sisi lain, ada sedikit cerita tentang Uut yang ternyata juga pernah menjadi penyintas virus Covid-19. Dia sempat terpapar Corona pada Maret 2020 lalu sehingga mengharuskannya dirawat selama 19 hari di rumah sakit.

Meski demikian, kesedihan sebelumnya telah melanda Uut karena sang suami meninggal lebih dulu setelah terpapar Covid-19. Satu minggu setelah suaminya, yang juga Guru Besar UGM tersebut meninggal, Uut dinyatakan positif Corona.

“Terus setelah menjalani musibah dan menjalani di RS, apa yang terjadi sejak April sampai Agustus itu adalah saya mengalami perjalanan spiritual yang hebat, seperti di-elingke (diingatkan) sama Gusti Allah,” ucap Uut dilansir dari situs berita Detik.

Dia mengaku selama di rumah sakit banyak merenung tentang makna kehidupan. Terlebih lagi suaminya juga telah tiada. Hasil perenungannya ini membuat dia memutuskan berhijab. Setelah dinyatakan sembuh total, Uut kembali menjalani aktivitas dengan hati lebih kuat.

“Lalu karena pandemi saya bisa menjalani itu. Lalu saya ngantor 3 Agustus, resmi bulan Juli sudah terlibat rapat. Saya harusnya berperan jadi ketua peneliti, tapi saat punya keterbatasan lalu saya serahkan ke dr Riris Andono Ahmad sampai Agustus,” lanjut Uut.

- Advertisement -

Kirimkan Press Release berbagai aktivitas kegiatan Brand Anda ke email [email protected]

Artikel Terkait

Suara Hari Ini

Ikuti Kami

10,502FansSuka
392PengikutMengikuti
7PengikutMengikuti
2,910PelangganBerlangganan

Terbaru