Suarapemerintah.id – Analis Eksekutif Senior Grup Inovasi Keuangan Digital Otoritas Jasa Keuangan (OJK)Â Dino Milano menekankan komitmen OJK untuk terus meningkatkan inklusi dan literasi keuangan digital khususnya di kalangan milenial. Salah satunya di daerah Kalimantan Barat (Kalbar).
“Seiring terus meningkatnya jumlah penyaluran kredit di daerah Kalimantan Barat, literasi keuangan digital semakin penting khususnya di daerah Pontianak mengingat hadirnya generasi milenial bahkan Generasi Z yang ingin memaksimalkan produktivitas sebagai pengusaha pemula,” kata Dino di Jakarta, Rabu (2/12/2020).
Dia pun mengajak pelaku industri jasa keuangan di Kalimantan Barat untuk turut berkolaborasi meningkatkan literasi keuangan digital bagi milenial, khususnya di tengah pandemi.
Pasalnya, perekonomian yang tumbuh di kota-kota di Kalimantan membuat dukungan pembiayaan bagi para pengusaha pemula ini semakin penting.
“Data perbankan dari Bank Indonesia menunjukkan kredit produktif mendominasi dari sisi jenis penggunaan kredit di Kalimantan Barat, dengan total sebesar Rp55,89 triliun (68,98%), merupakan kredit produktif yang terdiri dari kredit investasi dan kredit modal kerja,” bebernya.
Selain itu, lebih dari seperempat (25,25%) penyaluran kredit di 14 kota/kabupaten yang ada di Kalimantan Barat disalurkan ke Kota Pontianak yakni sebesar Rp20,46 triliun.
Berbagai indikator perekonomian ini menunjukkan potensi kaum milenial produktif untuk naik kelas dengan hadirnya teknologi keuangan.
Sebelumnya, beberapa kali Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menekankan pentingnya literasi keuangan, khususnya investasi, bagi generasi milenial. Apalagi milenial merupakan kelompok yang rentan secara finansial.
Berdasarkan Survei Nasional Literasi Keuangan (SNLIK) OJK pada 2019, indeks literasi keuangan meningkat menjadi 38 persen, sedangkan indeks inklusi menjadi 76,19 persen.
Kepala Departemen Literasi dan Inklusi Keuangan OJK Kristianti Puji Rahayu menyebutkan, menurut survei OJK dan secara global, milenial belum memiliki literasi keuangan yang cukup baik.
“Secara global juga, banyak milenial yang masih belum bisa membedakan suku bunga produk-produk investasi seperti apa,” ujar Kristianti dalam webminar Edukasi Literasi Finansial untuk Generasi Muda, Rabu (2/12).
Milenial juga merupakan kelompok yang rentan finansial. Hal ini karena milenial sangat terpapar oleh media sosial sehingga ada ketakutan untuk tertinggal oleh tren-tren baru.
Ia memaparkan, berdasarkan data OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development), setiap bulannya sekitar 51,1 persen pendapatan milenial dihabiskan oleh kebutuhan bulanan, dan hanya sekitar 10,7 persen yang ditabung. Kemudian hanya sekitar 35,1 persen milenial yang telah memiliki rumah sendiri.
Akibatnya 1 dari 3 milenial termasuk financially insecure, 28 persen keluarga hanya sanggup bertahan seminggu apabila kehilangan pendapatan utama, dan 32 persen keluarga hanya sanggup bertahan sebulan jika kehilangan pendapatan utama.
“Oleh karena itu penting adanya edukasi mengenai investasi agar milenial mampu mengelola keuangan lebih baik dan menghasilkan yield yang lebih baik,” jelasnya.