SuaraPemerintah.id – Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Ida Fauziyah memaparkan bermacam kondisi ketimpangan gender yang masih ditemukan di kalangan pekerja Indonesia, mulai dari ketimpangan tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK), kesenjangan upah, hingga perlakuan diskriminatif berbasis gender.
Ida juga menyoroti bagaimana pandemi Covid-19 membawa tambahan beban tersendiri bagi pekerja perempuan.
“Bagi perempuan, adanya pandemi memberikan beban tambahan, mulai dari hilangnya pekerjaan atau pendapatan, meningkatnya beban pengurusan rumah tangga akibat work from home, school from home, sehingga kekerasan dalam rumah tangga oleh pasangan meningkat seperti yang ditemukan dalam studi tingkat global,” ujar Ida Fauziyah di acara Women Lead Forum 2021, sebuah ajang untuk mendukung perempuan pekerja dan mendorong terciptanya kesetaraan gender di tempat kerja, pada 7 dan 8 April 2021.
Dalam hal kepemimpinan perempuan, Ida menyatakan bahwa ini masih menjadi masalah yang perlu diselesaikan bersama.
Ia mencontohkan, dari 4,1 juta Aparatur Sipil Negara (ASN), 52% adalah perempuan, namun perempuan yang menduduki jabatan struktural relatif sedikit.
Di jabatan tinggi madya, hanya ada 96 orang perempuan, jauh lebih sedikit dari laki-laki yang berjumlah 483 orang.
“Hambatan (yang dihadapi pekerja perempuan) ini disebabkan oleh beban ganda, seksisme, dan stereotip dalam masyarakat, diskriminasi berbasis gender, hingga pelecehan seksual. Hambatan ini tidak hanya berdampak pada mereka secara individu dan keluarganya, tetapi juga pada potensi ekonomi negara dan Indeks Kesetaraan Gender Indonesia dalam peringkat dunia,” ujar Menaker Ida.
Menyikapi berbagai hambatan ini, Kementerian Ketenagakerjaan dikatakan Menaker Ida berkomitmen untuk terus melakukan gerakan nasional non-diskriminasi di tempat kerja.
Dengan komitmen ini, diharapkan akan dapat menghentikan praktik-praktik ketidaksetaraan dan diskriminasi di tempat kerja.
Ditambahkan Pemimpin Redaksi Magdalene, Devi Asmarani, hambatan-hambatan yang dihadapi pekerja perempuan telah membatasi kesempatan mereka dalam memaksimalkan potensinya. Kendati sudah ada kebijakan-kebijakan yang mendukung pekerja perempuan, dalam realitasnya implementasi kebijakan tersebut belum optimal.
“Perusahaan memiliki andil besar untuk mengubah situasi ini. Karena itu Women Lead Forum 2021 ini kami tujukan untuk menyatukan para pembuat kebijakan di pemerintahan, lembaga legislasi, maupun di perusahaan untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman mereka, agar ada pembelajaran dan tercipta sinergi yang kuat untuk mencapai kesetaraan gender di tempat kerja,” ujar Devi.
Lebih lanjut Executive Director IBCWE, Maya Juwita mengatakan, banyak riset yang menunjukkan adanya korelasi positif antara keragaman gender dan performa bisnis.
Salah satunya adalah studi Organisasi Buruh Indonesia (ILO) pada 2020 yang menunjukkan bahwa 77% dari 416 perusahaan yang disurvei setuju bahwa keragaman gender meningkatkan kinerja bisnis mereka.
“Maka sudah saatnya perusahaan menerapkan budaya inklusif gender. Acara WLF memberikan kesempatan bagi pekerja perempuan dan juga pelaku bisnis untuk berbagi harapan dan best practices dalam penerapan budaya inklusif gender di tempat kerja,” ujar Maya.


.webp)













