Senin, Oktober 20, 2025
spot_img

BERITA UNGGULAN

Belajar Dari Ibrahim, Tetap Sabar Dan Tangguh Saat Diuji

SuaraPemerintah. ID- Hari Raya Idul Adha 1442 H tahun ke dua di tengah pandemi Covid-19. Namun tidak menyurutkan umat muslim di Indonesia sambut hari Idul Adha, aktifitas jual beli hewan kurban masih nampak terlihat di sudut pinggir jalan, berharap para pedagang bisa meraup berkah meski kondisi tidak seindah dulu.

Momentum hari Raya Idul Adha tahun ini selayaknya menjadi wadah saling berbagi antar sesama. Bahu-membahu memberi semangat, gotong royong, yakin badai pasti berlalu. Dengan catatan stakeholder, mulai dari pemangku kepentingan dalam hal ini pemerintah, dan warganya bersatu, duduk bareng cari solusi bersama-sama.

- Advertisement -

Salah satu warga Bekasi sekaligus pekerja kantoran di kawasan Jakarta Timur ini, Arief Munajad menilai bahwa seharusnya semua pihak saling bersinergi bangkit dan berbagi antar sesama saat menghadapi problematika saat ini. Tidak saling menyalahkan, tidak saling menghujat dan tidak saling mencaci antar sesama.

“Kalau ditanya, siapa pun tidak siap dengan kondisi seperti ini. Yang jelas ini adalah momentum saling berbagi. saling menguatkan. Yang kaya membantu yang miskin, jadilah orang yang bermanfaat sesuai kemampuannya,” ujar Arief.

- Advertisement -

Setiap manusia, kata Arief, mempunyai kapasitas berbagi dengan caranya sendiri. Ada yang berbagi dengan cara memberikan uang, sembako, ada berbagi dengan cara membantu sesama dengan tenaga. saat pandemi ini saling membantu, menguatkan, bahwa yakin pandemi akan berlalu. Minimal “berdamai” dengan pandemi Covid-19.

Lebih jauh Ia mengungkapkan, bahwa dengan adanya pandemi ini rutinitas tahunan umat muslim memang berbeda. Biasanya umat muslim beramai-ramai gelar takbiran, salat di mesjid dan memotong hewan kurban di lapangan, gotong royong sembelih hewan kurban dan dibagikan masyarakat sekitar. Kini lebih baik berdiam diri di rumah, mengikuti aturan pemerintah demi keselamatan dan kesehatan bersama. Patuh pemerintah adalah sebuah ketaatan kita pada Allah SWT.

“Kita ikut kebijakan pemerintah. Ada satu pesan dari pemuka agama,apa yang bisa dilakukan di mesjid bisa dilakukan di rumah, mengenai ibadah salat artinya bisa dilakukan di rumah,” ucapnya.

Pria berkacamata ini menilai apa yang sudah dilakukan pemerintah, soal kebijakan aturan perayaan Idul Adha tentu sudah dipikirkan secara matang dan terukur. Baik dari sisi hukum agama, dan sisi kemanusiaan sehingga tidak ada lagi yang dirugikan. Pemerintah, ulama dan masyarakat sama-sama bersinergi dan jalin komunikasi yang baik, sehingga tidak ada lagi diskomunikasi yang membuat rancu sehingga menimbulkan polemik berkepanjangan.

“Negeri ini dirancang oleh para pejuang yang notabene para pemuka agama Islam. Kontribusi umat Islam sangat banyak di Indonesia. Seharusnya kita saling bersatu, masyarakatnya, pemerintahnya, pemuka agamanya. Semua bersatu saling merangkul,” tandasnya.

Lebih jauh Arief menambahkan, pemerintah dalam hal mengambil keputsan terhadap sesuatu menyangkut kepentingan umat, salah satunya perayaan hari besar keagamaan peran ulama serta berbagai kalangan masyarakat diajak runding bareng, merumuskan permasalahan, bangsa sehingga ada solusi kongkrit dan terarah.

“Dengan demikian, kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah tetap terjaga. Kebijakan yang kontradiksi juga sebaiknya disampaikan secara baik. Sehingga tidak ada miskomunikasi antar Pemerintah dan masyarakat,” jelasnya.

Perihal pelarangan takbiran di tempat umum, Arief berpendapat bahwa bagi masyarakat yang tidak sependapat dengan aturan pemerintah tidak usah membuat gaduh. Karena pemerintah punya alasan dan undang-undang sudah diatur, sesuai dengan kondisi negara saat ini.

“Jika ada yang tidak sepakat, ya diam. Jangan melakukan sesuatu berdampak blunder,” tegas Arief.

Di penghujung akhir, pria asal Jogja ini mengaku bahwa saat ini semangat gotong royong diperlukan oleh semua lapisan masyarakat. Modal semangat dan berbagi antar sesama sangat berarti bagi mereka yang terdampak pandemi. Berikah apa yang bisa diberikan, lakukan apa yang bisa diperbuat, berdoa munajad kepada Tuhan, bahwa setiap manusia tidak dibebankan lebih dari kemampuannya.

Sebab itu, dirinya jujur sudah hampir beberapa tahun rutin menjalankan kurban, sebagai wujud pengorbanan dan keikhlasan seorang hamba kepada Tuhannya, seperti Ibrahim menjalankan titah Allah SWT yakni menyembelih Ismail putra kesayangannya, lalu Allah gantikan dengan seekor hewan kambing kibas. Nilai keluhuran kesetiaan dan pengorbanan tentunya dimiliki setiap orang. Itu semua sebagai wujud dari kepedulian berbagi sesama. Apalagi saat pandemi corona, momentum berbagi sudah tepat. Berbagi daging hewan kurban bagi mereka jarang sekali menikmati hidangan daging, ini menjadi hal istimewa.

“Rutin kurban 1 ekor kambing tiap tahun. Membiasakan berbagi, merasakan rasa syukur bahwa kita dikasih rezeki lebih. Apalagi saat pandemi sekarang, berbagi dan berkorban menjadi sebuah nilai keteladanan. Belajar dari Ibrahim,” pungasnya

Seperti Bait lagu dibawakan Grup Musik Snada, belajar dari Ibrahim.

Sering kita merasa takwa
Tanpa sadar terjebak rasa
Dengan sengaja mencuri-curi

Diam-diam ingkar hati
Pada Allah mengaku cinta
Walau pada kenyataannya
Pada harta pada dunia
Tunduk seraya menghamba

Belajar dari Ibrahim
Belajar takwa kepada Allah
Belajar dari Ibrahim
Belajar untuk mencintai Allah
Belajar dari Ibrahim
Belajar takwa kepada Allah
Belajar dari Ibrahim
Belajar untuk mencintai Allah

Malu pada bapak para Anbiya
Patuh dan taat pada Allah semata
Tanpa pernah mengumbar kata-kata
Jalankan perintah tiada banyak bicara
Malu pada bapak para Anbiya
Patuh dan taat pada Allah semata
Tanpa pernah mengumbar kata-kata

Jalankan perintah tiada banyak bicara
Sering kita merasa takwa
Tanpa sadar terjebak rasa
Dengan sengaja mencuri-curi
Diam-diam ingkar hati
Pada Allah mengaku cinta

Walau pada kenyataanya
Pada harta pada dunia
Tunduk seraya menghamba

Belajar dari Ibrahim
Belajar takwa kepada Allah
Belajar dari Ibrahim
Belajar untuk mencintai Allah
Belajar dari Ibrahim
Belajar takwa kepada Allah
Belajar dari Ibrahim
Belajar untuk mencintai Allah

Malu pada bapak para Anbiya
Patuh dan taat pada Allah semata
Tanpa pernah mengumbar kata-kata
Jalankan perintah tiada banyak bicara
Malu pada bapak para Anbiya
Patuh dan taat pada Allah semata
Tanpa pernah mengumbar kata-kata
Jalankan perintah tiada banyak bicara

 

- Advertisement -

Kirimkan Press Release berbagai aktivitas kegiatan Brand Anda ke email [email protected]

Artikel Terkait

Suara Hari Ini

Ikuti Kami

10,502FansSuka
392PengikutMengikuti
7PengikutMengikuti
2,910PelangganBerlangganan

Terbaru