SuaraPemerintah.IDÂ – Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia buka suara terkait tantangan Ganjar agar pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa mencapai rata-rata 7 persen. Merespons hal tersebut ia memberikan resep rahasia, yakni dengan tidak hanya menjadikan konsumsi sebagai tumpuan ekonomi.
Tantangan tersebut disampaikan Ganjar Pranowo di hadapan 3 ribuan calon wisudawan almamater Universitas Gadjah Mada. Dalam acara tersebut, hadir juga Bahlil Lahadalia.
Ganjar menjelaskan, pertumbuhan ekonomi harus lebih tinggi dari saat ini hingga mencapai kisaran 7 persen, agar Indonesia terhindar dari jebakan pendapatan menengah atau middle income trap.
“Dan jika sekarang kita sudah bersepakat menuju Indonesia sebagai negara maju, dengan pertumbuhan ekonomi, mau berapa persen? Lima koma sekian persen rasanya kurang. Kalau kita mau menghentak, Pak Bahlil, agar tidak masuk dalam middle income trap. Mungkin 7 persen harus menjadi cita-cita pertumbuhan ekonomi kita,” kata Ganjar Pranowo, Selasa (22/8).
Dia meyakini, kalau Menteri Investasi punya visi dan misi seperti itu, hal tersebut tak sulit dicapai.
“Kalau kita punya Menteri Investasi seperti itu, insyaallah tidak sulit,” lanjut Gubernur Jawa Tengah tersebut.
Bahlil pun menyodorkan resep pertumbuhan ekonomi tinggi, yakni dengan program hilirisasi. Hal itu akan berjalan, jika didukung dengan masuknya investasi.
“Kemudian bagaimana ke depan arah kebijakan? Kita akan mendorong kepada hilirisasi. Dunia sekarang sudah mendorong kepada green energy dan green industry untuk menurunkan emisi. Indonesia sekarang kita dorong ke hilirisasi,” ujar Bahlil.
Bahlil mengatakan tanpa hilirisasi mustahil ekonomi Indonesia bernilai tambah. Namun dengan hilirisasi nilai tambah industri akan berkali-kali lipat.
“Karena kalau tidak ada hilirisasi, kita hanya mengekspor barang-barang mentah. Nah ini peluang usahanya di sini. Ke depan kita mendorong yang namanya hilirisasi. Total ekspor nikel pada pada tahun 2017 itu hanya USD 3,3 miliar, begitu kita larang ekspor pada tahun 2020, dan kita bangun hilirisasi, sekarang nilai ekspor kita mencapai USD30 miliar,” papar Bahlil.
Bahlil mengatakan, negara-negara maju tak lagi bertumpu pada konsumsi sebagai instrumen pertumbuhan ekonomi.
“Negara-negara maju sudah menjadikan investasi (hilirisasi) sebagai instrumen pertumbuhan,” pungkas Bahlil Lahadalia.
Cek Artikel dan Berita yang lain di Google News