SuaraPemerintah.ID – Dilansir dari Reuters, terdapat beberapa kepala negara yang akan hadir pada KTT BRICS di Afrika Selatan. Mereka adalah Presiden Indonesia Joko Widodo (Jokowi), Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa, Presiden Xi Jinping dari China, Presiden Brasil Luiz Lula da Silva, dan Perdana Menteri India Narendra Modi.
Adapun, acara tersebut akan dilaksanakan pada 22-24 Agustus 2023 di Johannesburg, Afrika Selatan.
Perlu diketahui, sebelumnya, Jokowi mengatakan bahwa Indonesia mendapat undangan untuk menghadiri KTT BRICS di Afrika Selatan. Pada kesempatan itu, presiden juga akan berkeliling ke tiga negara lainnya, yaitu Kenya, Tanzania, dan Mozambik.
“Indonesia diundang dalam KTT BRICS. Dan tentunya di sela-sela KTT BRICS akan dilakukan berbagai pertemuan bilateral dengan berbagai kepala-kepala negara yang lainnya,” ujar Jokowi dalam keterangannya seperti disiarkan YouTube Sekretariat Presiden, Ahad lalu.
Selain nama-nama kepala negara di atas, Presiden Rusia Vladimir Putin tidak akan hadir secara langsung karena telah terbitnya surat perintah penangkapannya yang dikeluarkan oleh Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) atas dugaan kejahatan perang di Ukraina. Meski begitu, Putin akan hadir secara virtual dalam KTT tersebut.
Selain itu, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov juga akan terbang ke Afrika Selatan untuk mewakili Putin dalam acara yang digelar di Johannesburg tersebut.
Menurut Menteri Luar Negeri Afrika Selatan, Naledi Pandor, undangan untuk menghadiri KTT juga diperluas ke 67 pemimpin negara di dunia. Termasuk pemimpin di seluruh Afrika, Amerika Latin, Asia, dan Karibia.
Selain itu, 20 pejabat tinggi organisasi dunia, termasuk sekretaris jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa, ketua Komisi Uni Afrika, dan presiden Bank Pembangunan Baju juga telah diundang. Para pemimpin juga diharapkan ikut hadir dalam acara tersebut.
Hal yang Akan Dibahas dalam KTT BRICS
Adapun masalah paling penting dan kontroversial yang mungkin akan dibahas dalam KTT BRICS adalah tentang perluasan BRICS dengan menambah anggota baru. Hal ini termasuk juga kriteria penerimaan dan prinsip panduan.
Tetapi, perpecahan di antara anggota BRICS mengenai kriteria untuk menerima anggota baru dapat menghalangi pengumuman besar apapun di KTT tersebut. mengingat jika kelompok ini beroperasi berdasarkan konsensus.
Cina, yang berusaha meningkatkan kekuatan perdagangan dan geopolitik di tengah ketegangan dengan Amerika Serikat adalah pendorong utama ekspansi ini. Rusia juga berharap hal ini bisa menjadi cara untuk mengatasi pengucilan diplomatik atas perang dengan Ukraina. Sementara itu, India menyadari pentingnya gagasan tersebut, namun Brasil menjadi negara anggota paling skeptis terhadap perluasan BRICS.
BRICS menyumbang lebih dari 40 persen populasi dunia dan sekitar 26 ekonomi global. Selain itu, kelompok ini juga menawarkan forum alternatif untuk negara-negara di luar pengaruh diplomatik yang terlihat didominasi oleh kekuatan tradisional Barat. Pengaruh dan bobot ekonomi BRICS inilah yang membuat banyak negara ingin bergabung dengannya.
Di sisi lain, sebanyak 23 negara telah secara resmi mendaftar untuk menjadi anggota baru BRICS. Di antaranya adalah Arab Saudi, Iran, Uni Emirat Arab, Argentina, Mesir, Ethiopia, dan Indonesia. Sedangkan, isu-isu lain yang mungkin dibahas dalam KTT ini adalah diskusi tentang geopolitik global, perdagangan, dan pembangunan infrastruktur.
Cek Artikel dan Berita yang lain di Google News