Senin, Oktober 13, 2025
spot_img

BERITA UNGGULAN

Mengenal Apa Itu LFP yang Sempat Disinggung Gibran di Debat Cawapres

SuaraPemerintah.ID – Lithium Ferro Phosphate (LFP) salah satu teknologi baterai kendaraan listrik tengah menjadi sorotan usai sempat disinggung oleh Calon Wakil Presiden (Cawapres) nomor urut dua, Gibran Rakabuming Raka dalam debat cawapres tadi malam (21/1).

Gibran mengajukan pertanyaan terkait sikap Cawapres nomor urut satu, Muhaimin Iskandar, terkait cadangan nikel yang melimpah di Indonesia untuk dijadikan bahan baku baterai kendaraan listrik global.

- Advertisement -

Gibran menyampaikan keraguan terhadap tim sukses (timses) pasangan calon (paslon) nomor urut satu, Anies Baswedan-Cak Imin, yang terus menerus mempromosikan teknologi baterai LFP (lithium ferro-phosphate) yang tidak memerlukan nikel dari Indonesia.

Dalam pandangan Gibran, Indonesia memiliki cadangan nikel terbesar di dunia, sehingga seharusnya dapat menjadi kekuatan dalam industri ini. Menurutnya, terus membahas LFP sama saja dengan mendukung produk dari China, tanpa memanfaatkan potensi cadangan nikel Indonesia.

- Advertisement -

“Kita itu Indonesia sekarang adalah negara dengan cadangan nikel terbesar sedunia, ini kekuatan kita, bargaining kita, jangan malah bahas LFP itu sama aja promosikan produk China,” ujar Gibran.

Lantas apa itu baterai LFP? Dikutip dari situs Elcan Industries, baterai LFP yang juga dikenal sebagai baterai lithium iron phosphate adalah jenis baterai litium-ion yang menggunakan besi fosfat sebagai bahan katoda.

Baterai LFP (LiFePO4) dikenal dengan masa pakai yang lama dan kinerja yang baik pada suhu tinggi. Baterai jenis itu sering digunakan dalam aplikasi yang mengutamakan masa pakai yang lama dan kinerja yang baik dalam kondisi buruk, seperti pada kendaraan listrik, sistem penyimpanan energi jaringan, dan perkakas listrik portabel.

Di sisi lain, baterai lithium-ion dengan material nikel mangan kobalt/nickel manganese cobalt (NCM) juga menjadi baterai yang banyak digunakan pada kendaraan listrik. Baterai NCM lebih disukai pada kendaraan listrik karena kepadatan energinya yang tinggi yang memungkinkan baterai itu menyimpan sejumlah besar energi dalam paket yang relatif kecil dan ringan.

Hal ini menjadikannya pilihan yang efisien dan praktis untuk menggerakkan kendaraan listrik. Apalagi kendaraan listrik harus mampu melakukan perjalanan jarak jauh dengan sekali pengisian daya.

Dikutip dari Forbes, baterai LFP diprediksi akan menjadi baterai untuk semua kendaraan listrik masa depan. Sebab, baterai jenis ini dianggap lebih aman dari panas.

“Bahan kimia nikel-kobalt juga agak rentan terhadap pelepasan panas jika rusak secara fisik atau memiliki cacat produksi yang menyebabkan enam recall berbeda dalam tiga tahun terakhir termasuk Chevrolet Bolt,” tulis Forbes.

Menurutnya, campuran nikel-kobalt memiliki oksigen yang dilepaskan ketika sel baterai mengalami korsleting internal dan memanas. Diketahui, api tercipta karena adanya segitiga api yaitu sumber penyulut, bahan bakar dan oksigen. Memadamkan api baterai jenis ini agak sulit karena baterai itu menghasilkan oksigen sendiri.

Di sisi lain, baterai LFP tidak mengandung O2 sehingga meskipun dapat mengeluarkan sejumlah gas saat terjadi korsleting, baterai tersebut tidak akan terbakar seperti baterai nikel. Hal ini membuatnya jauh lebih aman dan tahan lama.

Namun, baterai LFP memiliki kepadatan energi yang lebih rendah dibandingkan baterai NCM. Baterai NCM yang memiliki kepadatan energi lebih tinggi dapat menyimpan lebih banyak energi dalam kemasan yang lebih kecil dan ringan sehingga banyak dipakai untuk kendaraan listrik.

Biasanya baterai LFP yang dibuat dengan arsitektur serupa dengan baterai nikel memiliki kepadatan energi lebih rendah 30-40 persen. Namun baterai LFP dapat bertahan selama ribuan siklus pengisian daya dan tahan terhadap penyalahgunaan pengisian daya cepat.

Sementara itu, pada sesi doorstop usai debat, Cak Imin juga menjelaskan soal pendapatnya mengenai tambang nikel. Dia menegaskan pihaknya bukan antinikel seperti yang dituduhkan Gibran.

“Kita bukan antinikel atau antitambang. Tapi kita tidak ingin gegabah merusak lingkungan. Itu intinya. Sehingga nikel atau tambang kita harus berdampak pada kemakmuran semuanya, bukan segelintir orang. Yang kaya boleh terus kaya, tapi yang lain jangan menikmati limbahnya. Sama-sama kaya, sama-sama nikmat, itulah yang kita inginkan,” ucap Cak Imin yang dilansir dari detik.com

Cek Artikel dan Berita yang Lainnya di Google News

- Advertisement -

Kirimkan Press Release berbagai aktivitas kegiatan Brand Anda ke email [email protected]

Artikel Terkait

Suara Hari Ini

Ikuti Kami

10,502FansSuka
392PengikutMengikuti
7PengikutMengikuti
2,910PelangganBerlangganan

Terbaru