SuaraPemerintah.ID –Â Pada hari kedua pelaksanaan Musabaqah Tilawatil Qur’an atau MTQ Nasional ke-30, Rabu (10/9/2024), cabang Musabaqah Syarhil Qur’an (MSQ) berlangsung dengan penuh semangat di Aula Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Samarinda.
Syarhil Qur’an merupakan salah satu cabang kompetisi yang menguji tiga aspek utama, yaitu kemampuan terjemahan dan materi Al-Qur’an, retorika dalam menyampaikan isi kandungan ayat, serta keindahan tilawah.
“Tiga aspek yang dinilai meliputi terjemah dan materi Al-Qur’an, retorika, serta tilawah,” ujar Dr. Abdul Muid Nawawi, salah satu dewan hakim dari Universitas Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an (PTIQ) Jakarta, saat ditemui di sela-sela acara.
Dalam cabang MSQ ini, peserta dituntut untuk dapat menyampaikan pesan Al-Qur’an dengan cara yang retoris, jelas, dan mengalir tanpa bantuan teks. Mereka juga diharapkan memiliki kemampuan dalam menjelaskan kandungan ayat secara ilmiah namun tetap singkat dan padat.
Ketiga aspek ini menambah tantangan tersendiri bagi peserta, di mana keterampilan ceramah, karya tulis ilmiah dan tilawah digabungkan dalam satu penampilan.
“Ini adalah kombinasi unik karena selain tafsir dan tilawah, di sini juga ada ceramah yang materinya disusun secara ilmiah. Namun, tidak sepanjang karya tulis ilmiah pada umumnya. Maksimal hanya empat halaman, tetapi harus akurat dan terperinci,” tambah Dr. Abdul Muid.
Pada hari kedua ini, sebanyak 13 peserta dari berbagai provinsi dijadwalkan tampil, meski ada kemungkinan satu peserta absen. Sehari sebelumnya, sebanyak 11 peserta sudah menampilkan kemampuan terbaik mereka di hadapan dewan hakim.
Dewan hakim yang berjumlah sembilan orang ini dibagi menjadi tiga kelompok, masing-masing fokus menilai aspek ceramah, tilawah dan materi.
Sebagai seorang dewan hakim berpengalaman, ini adalah kali keempat Dr. Abdul Muid Nawawi bertugas dalam MTQ Nasional, khususnya pada cabang Syarhil Qur’an.
“Pengalaman pertama saya menjadi hakim pada MTQ Nasional tahun 2018 di Medan, Sumatera Utara. Kemudian, tahun 2020 di Padang, Sumatera Barat, tahun 2022 di Kalimantan Selatan, dan tahun ini di Kalimantan Timur,” jelasnya.
Menutup wawancara, Dr. Abdul Muid menyampaikan pandangannya mengenai perkembangan Syarhil Qur’an. Ia menilai bahwa kualitas peserta semakin meningkat dari tahun ke tahun.
“Syarhil Qur’an saat ini semakin bagus. Kami tidak ingin peserta mengulang materi ceramah yang sudah pernah dibawakan di MTQ sebelumnya. Harus ada inovasi baru, sehingga kualitas kompetisi terus berkembang,”tutupnya. (JR/ADV/Diskominfo Kaltim)
Cek Artikel dan Berita yang lain di Google News