.webp)
Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, menegaskan pentingnya menjadikan momentum Idulfitri sebagai titik balik dalam membangun semangat kerja yang efisien, penuh tanggung jawab, dan berorientasi pada pelayanan publik yang optimal. Hal itu disampaikannya saat Apel Syawalan bersama jajaran ASN Pemerintah Kota Yogyakarta di Lapangan Balai Kota, Selasa (8/4).
Syawalan kali ini diikuti oleh ribuan pegawai Pemkot Yogyakarta dari berbagai perangkat daerah. Meski matahari pagi bersinar terik dan cuaca terasa panas, para ASN Pemerintah Kota Yogyakarta tetap antusias mengikuti rangkaian acara, menunjukkan semangat kebersamaan dan dedikasi setelah melewati bulan Ramadan dan libur Lebaran.
Ditemui usai melaksanakan syawalan, Hasto Wardoyo menyampaikan refleksi perubahan sosial yang mencolok menjelang dan setelah Idulfitri tahun ini.
“Tahun ini 2025, suasana tiga hari sebelum Lebaran justru sepi. Padahal biasanya ramai dengan aktivitas belanja masyarakat. Kemacetan pun bergeser, bukan lagi H-1 atau H-2, tapi justru H+2,” ungkapnya.
Hasto Wardoyo menilai hal tersebut mencerminkan perubahan pola perilaku masyarakat yang mulai lebih berhati-hati dan efisien dalam menjalani kehidupan, selaras dengan nilai-nilai takwa yang ditanamkan selama Ramadan.
Wali Kota juga menekankan bahwa efisiensi dan kehati-hatian menjadi nilai penting yang harus dipegang ASN, terlebih di era keterbatasan anggaran saat ini.
“Kita tidak bisa lagi boros, apalagi korup. Anggaran terbatas, tapi tuntutan layanan publik terus meningkat,” tegasnya.
Sebagai bentuk komitmen terhadap percepatan pelayanan dan inovasi, Hasto Wardoyo mengingatkan pentingnya realisasi program quick win 100 hari kerja, yang menjadi bagian dari prioritas pasca pelantikannya bersama Wakil Wali Kota, Wawan Harmawan, pada 20 Februari lalu. Beberapa capaian telah berhasil ditunjukkan, di antaranya lomba kebersihan sekolah dan lingkungan sekitarnya oleh Dinas Pendidikan, serta lomba video pendek bertema sampah oleh Dinas Pariwisata.
“Meskipun hasilnya belum sepenuhnya sesuai dengan ekspektasi saya, namun pelaksanaan lomba sudah berjalan dengan baik. Pesertanya cukup banyak dan hasilnya pun sudah ada. Tapi belum bisa saya gunakan secara optimal untuk kampanye perubahan perilaku terhadap sampah, rasanya belum cukup kuat atau ‘nendang’. Ke depan, kita akan terus mencari pola dan bentuk kreativitas yang lebih tepat dan efektif untuk kampanye perubahan perilaku masyarakat,” tutur Hasto Wardoyo.
Salah satu keberhasilan paling nyata adalah pembersihan depo-depo sampah besar yang dilakukan dalam waktu kurang dari 100 hari.
“Alhamdulillah, meskipun belum sampai 100 hari kerja, mungkin baru sekitar satu bulan, pekerjaan sudah menunjukkan hasil. Depo-depo besar sudah bersih. Ini patut kita syukuri,” kata Hasto Wardoyo.
Hasto Wardoyo juga mengatakan bahwa jumlah gerobak sampah kini telah mencapai 1.085 personil, melebihi jumlah RW yang hanya sekitar 600-an. Menurutnya, secara jumlah, ini sudah sangat memadai untuk mendukung sistem pengelolaan sampah yang lebih baik.
Pada masa libur Idulfitri, Hasto mengungkapkan adanya peningkatan volume sampah di beberapa titik. Salah satunya terjadi di Lapangan Karang, di mana volume sampah meningkat cukup signifikan dan sempat membuat petugas kewalahan karena sebagian transporter libur.
“Namun sudah kami atasi dengan menambah armada dari tempat lain seperti Tossa dan roda tiga,” tegasnya.
Penanganan sampah di kawasan Malioboro juga menjadi perhatian khusus dengan memperkuat jumlah petugas kebersihan, dengan menurunkan lebih dari 50 orang dalam satu shift.
“Ini cukup signifikan untuk menjaga kebersihan di kawasan strategis,” tambahnya.
Secara keseluruhan, volume sampah selama masa Lebaran diperkirakan meningkat sekitar 20 persen.
“Biasanya kami menangani sekitar 300 ton sampah per hari, namun saat libur Lebaran bisa mencapai 360 ton. Ini menjadi bahan evaluasi penting,” pungkas Hasto.
Cek Artikel dan Berita yang lain di Google News
