Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Garut menjalin kerja sama dengan Universitas Padjadjaran (UNPAD) untuk mengatasi kekurangan tenaga kesehatan, khususnya dokter spesialis. Hal ini dibahas dalam Rapat Koordinasi Pengembangan Kompetensi Tenaga Kesehatan yang digelar di Command Center Garut, Selasa (23/9).
Bupati Garut, Abdusy Syakur Amin, menyebut jumlah penduduk Garut yang mencapai 2,8 juta jiwa tidak sebanding dengan ketersediaan dokter spesialis.
”Jadi aspek-aspek sumber daya dari dokternya masih kurang, kualifikasinya masih terbatas, belum sarana prasarana yang lain, ini kan perlu sesuatu perencanaan yang komprehensif, sistematis, dan bertahap sehingga nanti ke depan kondisi kesehatan di Kabupaten Garut akan semakin baik,” ujarnya.
Wakil Rektor UNPAD, Prof. Rizky Abdulah, memaparkan jumlah dokter spesialis di Garut baru mencapai 229 orang dengan rasio 0,08 per seribu penduduk. Angka ini jauh dari standar ideal 0,28.
”Data yang kami dapatkan, jumlah dokter spesialis di Garut baru 229 orang, sehingga rasionya hanya 0,08 per seribu penduduk. Ini jauh dari rasio ideal 0,28,” jelasnya.
Untuk menutup kesenjangan tersebut, UNPAD menawarkan beberapa opsi, di antaranya penempatan lulusan beasiswa UNPAD, pemberian beasiswa bagi dokter asal Garut untuk melanjutkan pendidikan spesialis, hingga pengembangan RSUD sebagai wahana pendidikan dan kerja sama pengelolaan rumah sakit menjadi Rumah Sakit UNPAD.
Kepala Dinas Kesehatan Garut, dr. Leli Yuliani, menambahkan saat ini Garut memiliki 9 rumah sakit dan 67 puskesmas. Namun, baru 15 puskesmas yang memenuhi standar lama dengan 9 jenis tenaga kesehatan, atau sekitar 22,39%.
”Dengan peraturan baru yang mensyaratkan 13 jenis tenaga, belum ada satu pun puskesmas yang memenuhinya,” pungkasnya.
Kerja sama ini diharapkan mampu memperkuat layanan kesehatan dan menjamin ketersediaan tenaga medis di Garut secara berkelanjutan.
Cek Artikel dan Berita Lainnya di Google News