Minggu, Oktober 12, 2025
spot_img

BERITA UNGGULAN

BPOM Tegaskan Komitmen Penguatan Self-Care di Asia Pasifik Lewat Forum APSMI 2025

BPOM berpartisipasi dalam Asia Pacific Self-Medication Industry (APSMI) Meeting and Seminar yang digelar di Merusaka Hotel, Nusa Dua, Bali (9/10). Kegiatan ini dihadiri oleh regulator, akademisi, dan perwakilan industri dari berbagai negara di kawasan Asia Pasifik.

Tema yang diangkat pada kegiatan ini adalah “Self-Care in Healthcare: From Shared Vision to Shared Action”. APSMI bekerja sama dengan Gabungan Perusahaan Farmasi Indonesia (GPFI) menggelar rangkaian pertemuan dan seminar ini sebagai wadah untuk berdiskusi dan berbagi pandangan dalam merumuskan langkah bersama memperkuat self-care di Indonesia dan Asia Pasifik.

- Advertisement -

Self-care atau swamedikasi adalah upaya untuk meningkatkan independensi masyarakat dalam menjaga kesehatan untuk mengurangi beban dari sistem layanan kesehatan. Proses swamedikasi yang rasional memerlukan peran bersama dari pemerintah, kepentingan politik, termasuk kolaborasi internasional. Kolaborasi ini diperlukan dalam menghasilkan dan mengimplementasikan kebijakan mengenai akses dan peningkatan praktik layanan kesehatan yang baik.

Kehadiran BPOM pada forum ini menegaskan komitmen Indonesia, khususnya dalam mendorong literasi kesehatan nasional, serta memperkuat ketahanan sistem kesehatan melalui praktik self-care yang bertanggung jawab. Kepala BPOM Taruna Ikrar memaparkan pembahasan ini pada sesi pembukaan melalui paparannya yang berjudul “Strengthening National Health Literacy and Resilience in Self-Care Through Innovative and Transparent Drug and Food Control”.

- Advertisement -

Kepala BPOM mengawali paparan dengan penyampaian apresiasi kepada APSMI atas inisiatif penyelenggaraan forum yang relevan dengan tantangan global di bidang kesehatan. Ia menekankan pentingnya peran regulator dalam membangun keseimbangan antara perlindungan masyarakat dan dukungan terhadap inovasi kesehatan. “Regulasi tidak seharusnya dilihat sebagai hambatan bagi kemajuan, melainkan sebagai instrumen untuk menyeimbangkan kebutuhan inovasi dengan keselamatan publik,” ujar Taruna Ikrar.

Taruna menjelaskan bahwa peningkatan prevalensi penyakit tidak menular (PTM) seperti diabetes, hipertensi, dan obesitas, menuntut masyarakat untuk memiliki kemampuan menjaga kesehatan secara mandiri. Dalam konteks ini, swamedikasi (self-medication) atau pengobatan mandiri yang dilakukan secara tepat dan bertanggung jawab menjadi pilar penting dalam mewujudkan masyarakat sehat dan produktif.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), tren swamedikasi di Indonesia menunjukkan peningkatan signifikan dalam lima tahun terakhir. Pada 2019, sekitar 71,46% masyarakat Indonesia melaporkan melakukan pengobatan mandiri. Angka ini meningkat menjadi 84,23% pada 2021 dan masih bertahan tinggi pada kisaran 80% di tahun 2023. Data tersebut menunjukkan bahwa praktik self-care sudah menjadi bagian dari perilaku kesehatan masyarakat Indonesia dan perlu diimbangi dengan peningkatan literasi kesehatan agar tetap aman dan rasional.

Dalam menghadapi tantangan tersebut, BPOM melakukan berbagai langkah strategis guna memperkuat sistem pengawasan obat dan makanan yang adaptif serta berbasis risiko. Mulai dari pemastian penerapan good distribution practices (GDP) untuk memastikan integritas rantai pasok obat dari produsen hingga ke tangan konsumen. Kemudian pengembangan sistem pengawasan berbasis teknologi melalui penerapan 2D barcode dan e-label yang memungkinkan masyarakat memverifikasi keaslian produk secara mandiri, serta meningkatkan efektivitas penarikan produk (recall) apabila ditemukan pelanggaran mutu atau keamanan.

Selain itu, BPOM fokus pada peningkatan literasi obat dan pangan melalui program edukasi publik, seperti kampanye “Cek KLIK” (Cek Kemasan, Label, Izin Edar, dan Kedaluwarsa) di berbagai daerah. Kampanye ini ditujukan sebagai upaya preventif untuk melindungi masyarakat dari risiko penggunaan obat yang tidak aman atau ilegal, serta mendorong masyarakat agar lebih kritis dalam memilih dan menggunakan produk kesehatan.

Ketua APSMI, sekaligus Ketua Komite Swamedikasi GPFI, Rachmadi Joesoef turut menyampaikan apresiasi atas dukungan BPOM dalam mendorong penguatan self-care di kawasan Asia Pasifik. “Pertemuan ini menjadi bukti nyata komitmen kita untuk memperkuat peran penting self-care dalam sistem kesehatan. Tantangan yang dihadapi terlalu besar untuk diselesaikan oleh satu pihak saja. Karena itu, kolaborasi antara regulator, industri, dan asosiasi profesi menjadi kunci untuk menerjemahkan visi bersama menjadi aksi nyata,” ungkap Rachmadi.

Menanggapi hal ini, Taruna Ikrar juga menekankan bahwa isu self-care tidak dapat diselesaikan oleh satu pihak saja. “Perlu kolaborasi lintas sektor antara regulator, akademisi, industri, media, dan masyarakat sipil agar kita dapat membangun bangsa yang lebih sehat dan tangguh,” tuturnya. Ia menambahkan bahwa kolaborasi antara akademisi, dunia usaha, dan pemerintah (ABG) perlu terus diperkuat untuk mendorong inovasi dan memperluas akses terhadap obat yang aman, berkhasiat, dan bermutu.

Rangkaian kegiatan APSMI berlangsung selama 2 hari dengan berbagai sesi diskusi tematik. Pada sesi Self-Carer Meeting di hari pertama (8/10/2025), Direktur Registrasi Obat Tri Asti Isnariani berpartisipasi dengan memberikan paparan dalam Regulatory Streamline Working Group mengenai penyederhanaan regulasi.

Hari kedua juga menghadirkan beragam topik bahasan tematik. Mulai dari visi bersama self-care di kawasan Asia Pasifik hingga praktik regulasi yang progresif. Dalam sesi ini, sejumlah delegasi BPOM tampil sebagai pembicara, yaitu Deputi Bidang Pengawasan Obat, Narkotika, Psikotropika, Prekursor, dan Zat Adiktif (Deputi 1) William Adi Teja, Direktur Pengawasan Distribusi dan Pelayanan Obat, Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Bayu Wibisono, serta Direktur Pengawasan Keamanan, Mutu, dan Ekspor Impor Obat, Narkotika, Psikotropika, Prekursor, dan Zat Adiktif Nova Emelda.

Forum APSMI juga menjadi momentum penting bagi BPOM untuk memperluas jejaring internasional dan berbagi praktik terbaik dalam pengawasan obat serta penguatan sistem kesehatan. Melalui partisipasi aktif dalam forum ini, BPOM menegaskan posisinya sebagai regulator yang progresif, adaptif, dan berkomitmen terhadap pembangunan kesehatan global yang berkelanjutan.

Kepala BPOM menguntai harapan agar forum APSMI dapat menghasilkan rekomendasi nyata untuk mendorong implementasi self-care yang aman di kawasan Asia Pasifik. “Kemandirian masyarakat melalui self-care yang bertanggung jawab merupakan pilar penting menuju Indonesia Emas 2045,” pungkas Taruna.

Cek Artikel dan Berita Lainnya di Google News

- Advertisement -

Kirimkan Press Release berbagai aktivitas kegiatan Brand Anda ke email [email protected]

Artikel Terkait

Suara Hari Ini

Ikuti Kami

10,502FansSuka
392PengikutMengikuti
7PengikutMengikuti
2,910PelangganBerlangganan

Terbaru