Suarapemerintah.ID – Ada yang berbeda di pertandingan final partai tunggal putri pada Olimpiade Tokyo 2020 ketika wakil China, Chen Yu Fei bertemu Tai Tzu Ying asal Taiwan, Minggu, 2 Agustus 2021. Indonesia memang gagal masuk final, tapi yang menarik pertandingan tersebut dipimpin oleh Wahyana, wasit asal Indonesia.
Meskipun demikian, profesi sebagai wasit bukan merupakan keseharian utama Wahyana. Pria berusia 54 tahun ini sejatinya adalah seorang guru olahraga di SMPN 4 Patuk, Gunung Kidul, Yogyakarta. Namun, dia memang bukan guru biasa.
Wahyana memegang lisensi wasit tertinggi dan masuk dalam daftar wasit dunia. Menurut Kepala Bidang Turnamen dan Perwasitan PBSI, Mimi Irawan, Wahyana adalah salah satu wasit PBSI yang memiliki BWF Umpire Certificated.
Mimi juga menyatakan tak mudah meraih lisensi tersebut. Akreditasi dimulai dari Nasional B, barulah dia boleh memimpin turnamen sekelas kejuaraan daerah, Sirkuit Nasional. Setelah itu, dia harus ujian lagi untuk dapat akreditasi A Nasional.
Lancar berbahasa Inggris menjadi salah satu syarat penting. Selain itu, lanjut Mimi, dia harus memiliki attitude yang bagus. “Kalau ada potensi, kami akan usulkan ke BAC Accredited untuk bisa diberi kesempatan tampil di Kejuaraan Asia Tenggara,” kata dia.
Ketika kredit poinnya sudah memenuhi syarat, dia baru boleh naik ke BAC Certificated. Setelah kemampuan bahasa, pengalaman internasional, dan attitude teruji, dia naik lagi ke BWF Accredited. Terakhir, bila jam terbang sudah cukup baru bisa ke BWF Certificated.
Bahkan, Wahyana juga mengakui bahwa dirinya harus melewati tahapan panjang dan memakan waktu lama sampai akhirnya mengantongi lisensi untuk menjadi wasit di Olimpiade. Dia baru lulus ujian akreditasi wasit tingkat Asia pada 2006 di Kuala Lumpur.
“Saya memulai karier internasional dari 2006 dan baru 2012 mendapatkan lisensi BWF, itu cukup lama,” lanjut dia.
Sebenarnya, pria yang lulus Fakultas Olahraga IKIP (sekarang UNY) ini sudah menekuni profesi wasit sejak 1998, sebagai pekerjaan sampingan selain karier utamanya sebagai guru.
Awalnya dia menjadi hakim garis di level lokal. Kemudian dia mulai menikmatinya dan merasa terpacu sehingga kemudian mengikuti ujian kompetensi di tingkat DIY, hingga tingkat internasional, dan sekarang mampu tampil di Olimpiade.
Dia pun mengaku bahwa menjadi wasit Olimpiade merupakan pencapaian tertingginya. Pada Olimpiade Tokyo 2020, dia menjadi bagian dari wasit bulutangkis yang berjumlah 36 orang.
Karier panjang
Menurut Wahyana, Olimpiade Tokyo memberikan kesan dan pengalaman berbeda baginya karena sedang dalam situasi pandemi Covid-19. Suasana ketika pandemi seperti dikarantina karena mobilitas hanya bisa ke hotel dan stadion. Penonton yang hadir juga tidak seramai kondisi normal.
Dalam sebuah wawancara, dia sempat menceritakan salah satu pengalamannya yang berkesan, yakni ketika menjadi wasit badminton pertandingan tunggal putra antara Lee Chong Wei asal Malaysia dan Lin Dan asal Cina. Pasalnya, kata Wahyana, mereka merupakan pemain yang kuat dan hebat.
Kariernya yang panjang telah menempatkan Wahyana sebagai wasit senior di Indonesia. Dia akan memasuki waktu pensiun tahun 2022. Olimpiade ini seakan menjadi kado menjelang pengabdiannya sebagai wasit mencapai garis finis.
Selama kariernya, dia acap memimpin pertandingan-pertandingan bergengsi. Sepanjang 2021 saja, dia telah mewasiti Yonex Thailand Open pada 12-17 Januar, Toyota Thailand Open pada 19-24 Januari, serta HCBC BWF World Tour Finals 2020
Tak hanya menjadi wasit, dia pun tergabung dalam berbagai organisasi. Ia pernah menjabat sebagai Deputi Wasit PBSI Yogyakarta periode 2014-2018. Sekarang, ia menjadi Pengurus Pusat PBSI di Bidang Turnamen Nasional dan Perwasitan sebagai Sub Bidang Perwasitan periode 2020-2024.
Adapun Wahyana bukan satu-satunya pemegang lisensi BWF Certificated yang tergabung dalam Olimpiade Tokyo. Satu lagi adalah Komaruliah yang merupakan wasit perempuan dari Indonesia. Yang berbeda, Komaruliah tidak memimpin pertandingan perebutan medali emas.
Sama seperti Wahyana, Komaruliah juga seorang guru bahasa Inggris di Surabaya. Komaruliah juga memimpin beberapa pertandingan badminton di Olimpiade Tokyo. Bahkan menurut Mimi, Komaruliah dua kali terlihat tampil di TV court atau lapangan yang menggelar pertandingan untuk siaran langsung televisi.
Saat ini, disebutkan Mimi, Indonesia memiliki total 134 wasit berlisensi. Tapi hanya dua orang, Wahyana dan Komaruliah yang memiliki lisensi BWF Certificated. (Andriana G – Anggota Gerakan Perempuan Indonesia Satu)


.webp)


















