Selasa, November 11, 2025
spot_img

BERITA UNGGULAN

Menyelam

Suarapemerintah.id – Menyelami lautan masih ada batasnya. Tetapi, menyelami hati, tidak ada batasnya. Terlihat tidak dalam namun tak kunjung sampai. Menyelami lautan gunakan nafas, menyelami hati pun mengunakan nafas. Keberhasilan menyelam tergantung seberapa panjang kemampuan kita menahan nafas. Begitu pula dengan menyelami hati, tergantung seberapa panjang kita mampu menahan nafas.

Bernafas panjang adalah kunci obat mujarab segala penyakit agar hidup sehat serta umur panjang. Nafas yang tergesa-gesa membuat tekanan darah menjadi tinggi, detak jantung semakin kencang tidak beraturan, paru-paru menjadi sesak napas. Hal ini berpengaruh kepada mental pikiran sehingga membuat orang sensitif, gampang marah, emosi tidak terkendali dan apapun yang dikerjakan menjadi kacau.

- Advertisement -

Hanya dengan kesadaran sejati, kita mampu kendalikan kembali kontrolnya nafas sehingga kembali normal yang menjadikan tekanan darah, jantung, paru-paru dan pikiran akan kembali normal. Terkendalinya nafas berpengaruh pada terkontrolnya keinginan. Keinginan yang terkendali akan membawa jiwa pikiran kita menjadi tenang. Sehingga, apapun yang kita kerjakan menjadi terang. Kita mampu membedakan hitam dan putih. Kitapun terbimbing, tidak salah jalan atau salah mengambil keputusan. Karena keinginan patuh kepada Watak Sejati ya Rohso sejati.

Watak Sejati adalah firman dari Tuhan YME. Umat Khonghucu tentu memahami apa yang terkandung dalam ayat kitab suci. Ayat-ayat suci bukan sekedar alat bacaan yang hanya sebagai hafalan. Di balik ayat-ayat tersebut, terkandung ajaran spiritual hidup mulia lahir dan batin. Dapat dipahami selama ini yang tersirat di dalam ayat hanya dipahami sebagai ajaran filsafat, belum menyentuh apa yang ada di balik pembungkus filsafat tersebut.

- Advertisement -

Sebagai contoh, apa yang termaktub dalam Kitab Lun Gi XII: 1-3. Gan Yan bertanya tentang cinta kasih, Nabi menjawab, “Mengendalikan diri pulang kepada kesusilaan itulah cinta kasih. Bila suatu hari dapat mengendalikan diri, pulang kepada kesusilaan, dunia akan kembali kepada cinta kasih. Cinta kasih itu bergantung kepada usaha diri sendiri, dapatkah bergantung kepada orang lain?

Gan Yan bertanya, “Mohon penjelasan tentang pelaksanaannya?” Nabi bersabda: “Yang tidak susila jangan dilihat, yang tidak susila jangan didengar, yang tidak susila jangan dibicarakan, yang tidak susila jangan dilakukan.”

Benarkah kita sudah memahami apa yang disampaikan Nabi kepada Gan Yan? Ayat tersebut sangat bagus. Namun, sayang bila kita pahami hanya dari satu sisi tanpa menggali dari sisi spiritual. Tanpa menyelami apa yang terkandung di balik ayat tersebut, akan menghasilkan sebatas kata mutiara.

Bila diselami, pesan Kitab Suci itu memiliki makna kandungan spiritual yang sangat dalam, sedalam samudera minang “kalbu”. Yang paling dasar adalah empat pantangan untuk tidak melihat, tidak mendengar, tidak membicarakan, dan tidak melakukan yang tidak susila. Pertanyaannya siapakah yang melihat, mendengar, mengucapkan, dan melakukan?

Mata, telinga, mulut, tangan dan kaki raga ini hanyalah sebuah perabot pelengkap hidup. Mata untuk melihat, telinga untuk mendengar, mulut untuk mengucap, kaki dan tangan untuk melakukan. Lalu siapakah yang melihat, mendengar, mengucap, melakukan yang sesungguhnya? Apakah kita sudah memahaminya?

Sekalipun mata tertutup, masih bisa melihat orang. Sekalipun berbusana, tapi terlihat tanpa busana. Meskipun jarak yang jauh, telinga mampu mendengar, mata juga melihat dengan jelas apa yang dilakukan keluarga kita, meski di tempat yang jauh. Badan, raga, tubuh ini bisa melihat, mendengar dan lain-lain, tentu ada yang menggerakan, yaitu yang menerima firman.

Nabi sudah menjawab, “mengendalikan diri kembali kepada cinta kasih kesusilaan”. Semua itu bergantung kepada diri sendiri, bukan kepada orang lain. Pahamilah apa itu empat pantangan untuk mencapai hal tersebut di atas. Jalannya hanya satu, yaitu menyadari cinta kasih seutuhnya. Cinta kasih tidak bisa dipisahkan. Cinta kasih adalah satu kesatuan wujud suci, satu adanya.

Cinta dan kasih, beda ucapannya, satu ikatan rasanya. Apabila cinta dipisahkan dari kasih, akan cenderung menjadi asusila. Cinta itu ada dimana-mana, namun kasih hanya ada satu.

Kembali, agar tujuan tercapai, kita harus bisa menyelam. Untuk dapat menyelam, kita harus mampu menguasai pernapasan. Untuk mampu menguasai pernapasan, itu hanya bisa dilakukan dengan “kesadaran sejati”. Dengan kesadaran sejati, akan muncul nafas sejati untuk menyelami hati.

Kalau hanya dibaca, sekilas nampaknya mudah, namun sulit melakukannya. Cinta kasih itu bergantung kepada diri sendiri, dapatkah bergantung kepada orang lain? Cinta kasih ada di dalam Jalan Suci. Jalan Suci ada di dalam watak sejati (Firman). Dengan menyelami hati, akan mengenal watak sejatinya, dengan mengenal watak, sejatinya akan mengenal Tuhan YME.

Tujuan menyelami hati adalah untuk membina diri. Untuk dapat tercapainya tujuan, haruslah lebih dahulu meluruskan hati agar bersih, tidak diliputi rasa geram, marah, takut, khawatir, suka, gemar, dan lainnya. Untuk dapat meluruskan hati, jalan satu-satunya hanya melalui nafas sejati, memahami diri seutuhnya.

Ajaran agama Khonghucu tidak dapat hanya dilihat dari satu sisi, melainkan kedua sisi harus dipahami. Bila hanya satu sisi, tidak akan memperoleh “sarinya”. Bila kita peroleh sarinya, hidup tanpa rasa khawatir dan was-was, jauh dari kesesatan, jalan damai bahagia tentu kita dapatkan.

Bila kita mau sungguh-sungguh serta niat tulus dan yakin, mari belajar bersama ajaran agama Khonghucu luar-dalam, lahir-batin. Belajar menjaga keseimbangan Yin dan Yang; positif dan negatif, agar tetap di dalam “Tiong”. Kita semua tahu, simbol lambang yang digunakan kaum daois adalah lingkaran dua sisi hitam titik putih, putih titik hitam. Artinya, seburuk-buruknya manusia masih ada setitik kasih, sebaik-baiknya manusia masih ada setitik keburukan. Manusia buruk tidaklah selamanya buruk , manusia baik tidak selamanya baik. Sadarlah bahwa kita berada di tengah-tengah garis antara hitam dan putih. Tugas kewajiban kita selalu menjaga agar di antara keduanya, tetap dalam keharmonisan.

Sebagai umat Khonghucu, wajib memahami, menerima, dan menjaga firman. Ingat, firman itu tidak berlaku selamanya. Tertulis dalam kitb Thai Hak VIII.3 tentang betapa pentingya membina diri. “Inilah yang dikatakan bahwa diri yang tidak terbina itu takkan sanggup membereskan rumah tangganya.”

Dalam Bingcu VII A:1.2 juga disebutkan, “Menjaga hati merawat watak sejati, demikianlah mengabdi kepada Tuhan YME.”

Ayat demi ayat selalu tidak meninggalkan sebutan kata hati. Sebab, hati berhubungan dengan watak sejati, watak sejati bertalian dengan Tuhan YME.

Demikian, ajaran Khonghucu sangat mengutamakan olah Rohso (rohani). Rohani membimbing jalan kehidupan damai, bahagia, dan harmonis..

Mari berlatih bersama-sama bagi yang senang olah batin. Bagi yang tidak cocok, tetaplah dalam pilihan masing-masing, sesuaikan selera. Selamat belajar. Belajar dan terus dilatih, bukannya itu menyenangkan. Belajar tanpa dilatih itu sia-sia. Berlatih tanpa belajar itu berbahaya.

Sheng ling bao hu. Shan zai.

Bukan Aku yang menyelamatkan dirimu. Tetapi AjaranKulah yang menyelamatkan dirimu. Bila kamu yakin dan taat. Keselamatan pasti kamu dapatkan.

- Advertisement -

Kirimkan Press Release berbagai aktivitas kegiatan Brand Anda ke email [email protected]

Artikel Terkait

Suara Hari Ini

Ikuti Kami

10,502FansSuka
392PengikutMengikuti
7PengikutMengikuti
2,910PelangganBerlangganan

Terbaru