Suarapemerintah.id – Bali, Sebagai upaya menunjang ekosistem ekonomi kreatif Indonesia, Kemenparekraf / Baparekraf sebagai salah satu Kementerian yang dikoordinasikan oleh Kemenko Marves, melakukan peningkatan ekosistem ekraf sub sektor kuliner melalui ajang Food Startup Indonesia (FSI) MMXX.
Pada kegiatan ini, dilakukan intermediasi dalam bentuk konferensi, mentoring, serta pitching dengan mempertemukan stakeholder yang meliputi pengambil kebijakan, pemilik modal, serta pelaku ekonomi kreatif. Food Startup Indonesia meningkatkan ekosistem ekraf sub sektor kuliner yang kondusif, meningkatkan kapasitas pelaku, memperluas jejaring, membuka akses dan dukungan pembiayaan serta terjadinya intermediasi dan peluang investasi kepada pelaku ekraf.
Acara puncak Demoday FSI MMXX berlangsung selama tiga hari di Bali pada pada 13 – 15 Oktober 2020 dengan menghadirkan 100 finalis FSI MMXX. Dalam acara ini, Staf Ahli Menteri Bidang Ekonomi Maritim Sugeng Santoso turut menjadi mentor.
Menurut Sugeng, Food Startup Indonesia ini kondusif bagi pelaku bisnis ekraf kuliner yang mempunyai ide kreatif, inovatif, mengembangkan model bisnis dan pemasaran, memiliki rekam jejak transaksi, memiliki tim yang tangguh dan berpotensi untuk berkembang dalam skalabilitas pertumbuhan tinggi serta mampu menarik pemilik modal. Substansi penguatan ekosistem sub sektor kuliner dalam FSI MMXX ini antara lain melalui peningkatan kapasitas pelaku melalui mentoring, intermediasi akses pembiayaan, matchmaking dan networking, serta pitching.
“FSI meningkatkan ekosistem ekonomi kreatif sub sektor kuliner di Indonesia, dimana terjadi intermediasi antara para pakar dan pemilik modal dengan pelaku ekraf sub sektor kuliner. FSI yang diinisasi pada tahun 2016 ini semakin berkontribusi dalam meningkatkan ekosistem ekraf, hal ini terbukti dengan semakin meningkatnya partisipasi peserta, meningkatnya permodalan yang tersalurkan kepada pelaku, meningkatnya nilai tambah pelaku yang ikut serta dalam FSI. Kemenparekraf / Baparekraf memonitor perkembangan perkembangan dan nilai tambah pelaku Ekraf yang telah mengikuti FSI ini” ujar Sugeng.
Dalam kegiatan FSI MMXX, seluruh finalis yang berjumlah 100 food startup mendapatkan pendampingan mulai dari direct mentoring, business coaching dan pemasaran. Kemudian, dari 100 finalis, dipilih 25 finalis untuk memaparkan pitch deck di hadapan para mentor.
Pitch deck adalah materi presentasi yang berisi profil produk dan ide kreatif produk serta latar belakang produk yang juga meliputi target market produk, proses produksi, timeline progres produk, model bisnis, kompetitor, strategi pengembangan produk, skalabilitas, serta profil tim dan investasi yang diperlukan dalam meningkatkan skalabilitas dan strategi selanjutnya.
Penilaian terhadap pitch deck dilakukan berdasarkan kesiapan produk, keamanan, inovasi, kesiapan pasar, risiko investasi, partnership dan strategi investasi. Kehadiran investor dalam kegiatan FSI merupakan salah satu bentuk dukungan terhadap penguatan ekosistem sub sektor kuliner.
Dari 25 finalis, terpilih 3 startup terbaik yaitu peringkat pertama: Kato Dehydrated Foods dengan Product Category: Dehydrated Foods is raw foods product awareness in a healthy lifestyles (Malang, Jawa Timur), kedua: Prospero Realcho: Produk Chocolate (Kabupaten Tangerang, Banten), dan ketiga: Eggy Telur Asin Pedas: Inovasi digunakan dalam pembuatan Eggy Telur Asin Pedas (Sumedang, Jawa Barat).
“Dengan meningkatnya ekosistem sub sektor kuliner, termasuk terbukanya akses permodalan melalui FSI ini, diharapkan ekosistem sub sektor kuliner bisa tetap optimis dalam situasi pandemi dan mendukung Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia” ujar Sugeng.