SuaraPemerintah.id – Contemporary Amperex Technology Co. Limited (CATL), perusahaan baterai dari Cina akan menginvestasikan 5 miliar dollar AS (sekitar Rp70,6 triliun) untuk memproduksi baterai listrik di Indonesia.
Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkan itu di kantornya pada Selasa lalu, 15 Desember 2020. Menurut Luhut, seperti dikutip Hindustan Times, CATL telah menandatangani perjanjian dengan perusahaan tambang negara PT Aneka Tambang.
Dalam perjanjian tersebut CATL wajib memastikan 60 persen nikel dari dalam negeri diolah menjadi baterai di Indonesia.
“Kami tidak ingin mereka (CATL menambang) keluar nikel tapi kemudian mengolahnya ke luar negeri,” ujarnya.
Produksi di pabrik baterai lithium untuk mobil listrik akan dimulai pada 2024. Indonesia mulai memproses pasokan bijih nikel laterit yang melimpah untuk dijadikan baterai lithium sebagai upaya memproduksi dan mengekspor mobil listrik.
Hal yang sama diungkapkan Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kementerian Koordinator Maritim dan Investasi (Kemenko Marves) Septian Hario Seto mengungkapkan bahwa dalam kerjasama dengan CATL pihak Indonesia mengajukan syarat agar 60% dari nikel yang akan dipasok dapat diproses menjadi baterai di Indonesia.
Kata dia, pihak CATL pun merespons syarat tersebut dan berkomitmen untuk mengolah 60% nikel yang dipasok Antam di dalam negeri. Negosiasi tahap lanjut pun terus dijalankan oleh Wakil Menteri BUMN Budi Gunadi Sadikin bersama Antam.
Rencananya, baterai kendaraan listrik ini pun bisa diproduksi mulai tahun 2024.
“60% dari nikel yang mereka peroleh harus diproses menjadi baterai di Indonesia. Ini adalah permintaan kita. Jadi kita nggak mau mereka dapat nikel kita, tapi proses baterainya di luar negeri,” ungkap Septian dalam acara Indonesia Mining Outlook, Selasa (15/12).
Lebih lanjut, Septian mengungkapkan, beberapa waktu lalu di Yunan, pihaknya juga sudah melakukan pembicaraan untuk meminta pabrikan mobil listrik asal China bisa berinvestasi di Indonesia. Targetnya, ada investasi yang masuk sekitar US$ 5 miliar pada tahun 2024.
“Beberapa waktu lalu juga saya bertemu mereka di Yunan, mereka juga berkomitmen membawa pabrikan mobil listriknya. Targetnya 2024 mereka investasi kira kira US$ 5 miliar,” terang Septian.
Selain dengan konsorsium CATL, saat ini anggota holding baterai BUMN juga sedang menjajaki kerjasama dengan LG Chem Ltd dari Korea Selatan. Selain itu, pemerintah Indonesia juga sedang mendekati produsen baterai dan mobil listrik terkemuka asal Amerika Serikat, Tesla.