Suarapemerintah.id – Penemuan terowongan kuno di Buleleng, Bali, menjadi berita viral di jagad maya. Terowongan yang diketahui telah ada sejak zaman Belanda tersebut ditemukan saat prorses penggalian Bendungan Tamblang pada Sabtu (21/11). Dinas Kebudayaan (Disbud) Buleleng berkoordinasi dengan Pemerintah Provinsi Bali meninjau langsung ke lokasi temuan terowongan tersebut.
“Kemarin tanggal 2, saya berkunjung ke sana karena telah ada informasi penemuan goa (terowongan) tersebut di lokasi proyek,” kata Gede Dody Sukma Oktiva Askara selaku Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Buleleng, Bali, Jumat (4/12).
Temuan yang dianggap sebagai peninggalan sejarah ditemukan oleh para pekerja yang menggarap penggalian untuk as bendungan tepatnya di area genangan air pada bendungan Tamblang. Sementara saat ditelusuri lebih dalam diperkirakan terowongan itu memiliki dua jalur, namun hanya sekitar 10 meter dari panjang terowongan yang bisa ditempuh, sebab sisi lainnya sudah tertutupi reruntuhan.
Dari informasi yang dihimpun tinggi lubang pada terowongan mencapai sekitar 180 centimeter dengan lebar bawah sekitar 80 centimeter dan lebar atas sekitar 40 centimeter. Selain itu pada bagian dinding terowongan itu tampak seperti konstruksi buatan manusia.
Terowongan itupun diperkirakan oleh warga memang ada sejak lama bahkan diduga ada pada zaman penjajahan Belanda untuk terowongan subak.
“Menurut penuturan para tetua di Desa Sawan, bahwa terowongan tersebut telah ada sejak zaman Belanda yang dibuat sebagai saluran irigasi rencananya sampai Desa Jagaraga. Namun, karena menemui bebatuan yang keras sehingga tidak dilanjutkan,” ungkap Gede Dody.
Tenaga Ahli Geologi dari PT Adijaya KSO yang mengerjakan pekerjaan Bendungan Tamblang, Herry Suwondo menyampaikan terowongan kuno yang dimanfaatkan sebagian masyarakat ini memang sebagai terowongan subak. Konstruksinya diduga terhambat sebab di tengah jalur terdapat batu keras dan ini membuat trowongan itu tidak diselesaikan.
“Informasi diterima, konstruksinya terhambat, karena di tengah jalur terowongan ada batu keras, sehingga tidak diselesaikan dan tidak digunakan,” jelas Herry.
Ia pun mengaku sudah menyampaikan terkait temuan terowongan ini kepada Balai Wilayah Sungai (BWS) Bali Penida dan juga Dinas Pekerjaan Umum dan tata Ruang (PUTR) Provinsi Bali. Dengan adanya laporan itu, nantinya pihak terkait segera bisa menindaklanjuti. Mengingat, lokasi terowongan itu terletak tepat pada area genangan Bendungan Tamblang.
“Kalau terowongan itu dibiarkan, akan menimbulkan kebocoran pada bendungan tersebut. Kami masih menunggu untuk penanganan seperti apa, apakah dilestarikan atau gimana. Kalau masuk area genangan tidak bisa diselamatkan,” jelasnya.
Terowongan Kuno Dijadikan Warisan Budaya
Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Buleleng, Gede Dody Sukma Oktiva Askara mengungkapkan dari hasil pengecekan terowongan itu diperkirakan untuk aliran air dari Sungai Aya hingga ke Desa Jagaraga. Akan tetapi dahulu saat pembuatan diperkirakan karena ada kendala makanya prosesnya tidak dilanjutkan.
Sehingga Ia pun berharap, nantinya jika memang tidak mengganggu konstruksi Bendungan Tamblang, maka terowongan ini agar bisa dilestarikan karena merupakan warisan leluhur sejak zaman penjajahan Belanda. Dengan itu Ia mengakui, akan segera berkoordinasi dengan Pemprov Bali terkait hal itu.
“Ini warisan budaya dari sisi tata kelola air, berkaitan dengan fungsi bendungan. Ini bisa menjadi sarana edukasi di dunia pendidikan yakni terkait pendahulu membuat saluran air dengan metode yang sangat sederhana. Ini segera akan kami koordinasikan dengan pemerintah Provinsi Bali,” tandasnya.
Sampai saat ini, di terowongan atau lokasi itu tidak ditemukan barang-barang peninggalan sejarah masa lalu. Selain itu, sebagian dari terowongan tersebut berada di lokasi inti proyek termasuk wilayah genangan dan sebagiannya lagi di luar lokasi proyek,” jelasnya.
Terkait penemuan itu, kini pihaknya akan berkoordinasi dengan PU Provinsi Bali untuk menangani saluran terowongan yang tidak terkena dampak pembangunan.
“Kami usulkan, untuk dapat dibuatkan akses jalan menuju lokasi sebagai warisan budaya yang akan menjadi daya tarik wisata di lokasi Bendungan Tamblang,” ujar Gede Dody.