SuaraPemerintah.id – Waktu menunjukkan pukul 05.30 pagi. Tampak hilir mudik para relawan Dapur Umum di Surabaya Convention Hall, Jalan Arief Rahman Hakim. Para relawan yang terdiri dari Taruna Siaga Bencana (Tagana), pekerja sosial masyarakat, Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK), pendamping PKH dan Karang Taruna tengah mempersiapkan paket makanan siap saji untuk memastikan terpenuhinya kebutuhan makanan dan nutrisi masyarakat selama masa PPKM Darurat.
Mereka sebagai pilar-pilar sosial saling berbagi tugas. Sebagian pergi ke pasar membeli bahan-bahan untuk memasak, sementara sebagian yang lain menyiapkan kemasan kemudian menyalurkan makanan ke Surabaya, Gresik, Sidoarjo dan Bangkalan.Suasana dapur umum semakin ramai dengan aktivitas memasak namun tetap dengan menerapkan protokol kesehatan (prokes), seperti menjaga jarak, memakai masker dan tidak berkerumun.
Sebanyak 23.600 makanan siap saji telah disalurkan dapur umum milik Kementerian Sosial, di antaranya ke rumah sakit, Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau (DKRTH), laboratorium kesehatan daerah, serta Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS) yang memerlukan bantuan di Jawa Timur.
Sabtu siang, jumlah paket makanan siap saji terus bertambah sebanyak 29.940 guna pemenuhan kebutuhan gizi relawan, seperti tenaga kesehatan (nakes) dan petugas pemusalaraan jenazah.
“Bagaimanapun mereka harus sehat. Kalau tidak sehat bagaimana mungkin mereka menjalankan tugas yang sangat berat ini. Mereka juga bisa terpapar (Covid-19),”ujar Menteri Sosial, Tri Rismaharini.
Di antara para relawan dapur umum Kemensos datang dari 8 wilayah di Jawa Timur. Mereka dari Kota Surabaya, Bangkalan, Gresik, Banyuwangi, Jember, Mojokerto, Sidoarjo, serta Kota Pasuruan. Ketangguhan relawan di dapur umum Kemensos bukan cerita “sebelum tidur”. Mereka saling gotong royong dan memastikan kebutuhan makanan tercukupi.
Penanggung jawab dapur umum, Joko, mengungkapkan bahwa tidak ada batas waktu jam operasional dapur umum. Dia dan timnya berupaya agar pemintaan bantuan makanan siap saji segera terpenuhi. Di balik kesigapan para relawan, terdapat kendala yaitu ketersediaan air yang terbatas di dapur umum di Surabaya.
“Pasokan air suka mati sementara harus menangani ribuan nasi kotak. Butuh banyak air untuk mencuci bahan-bahan yang dimasak dan untuk mandi para relawan yang bekerja,” kata Joko.
Bukan tidak ada kendala pasti rintangan selalu ada, solidaritas dan semangat relawan membantu sesama tidak redup. Saat keberadaan vitamin sulit ditemukan, mereka membuat jamu sebagai pelengkap nutrisi harian.
“Biasanya kami berikan vitamin, tapi akhir-akhir ini vitamin tidak ada. Akhirnya meracik jamu menggantikan vitamin dari pabrikan,” ucapnya.
Menjadi relawan pandemi covid-19 itu tidak gampang. Butuh tenaga dan keiklasan untuk berbuat kemaikan antar sesama manusia. Selayaknya bagi para relawan mendapatkan sebuah aprsiasi untuk lebih berbuat sosial sesama manusia. Dapur umum sosial ini menjadi saksi bisu dalam menghadapi pandemi covid-19 yang tak kunjung usai. Semoga pandemi cepat berlalu dan masayrakat bisa kembali hidup normal. (drs)


.webp)


















