SuaraPemerintah.ID – PT Prayoga Pertambangan dan Energi (PPE) mulai bangkit lagi setelah beberapa tahun lalu diberitakan nyaris bangkrut. BUMD (Badan Usaha Milik Daerah) Pemkab Bogor tersebut sempat akan ditutup dengan meninggalkan beban hutang miliaran rupiah. Kini di bawah kepemimpinan Agus Setiawan sebagai Direktur Utama, PT PPE tetap berjalan dan kembali berbenah.
Tentu bukan hal yang mudah bagi Agus Setiawan membangun BUMD yang tengah berada dalam kondisi minus tersebut. Namun Agus membuktikan bahwa kehadirannya merupakan takdir Tuhan dan tanggung jawab yang harus ia selesaikan dengan baik. Dalam kurun waktu 2 tahun kepemimpinannya, Agus mampu membenahi PT PPE bahkan menghasilkan profit hingga Rp 864 miliar.
“Saya dan tim punya tekad yang kuat untuk kembali membangun perusahaan ini. Kalau yang lain biasa menggunakan analisis SWOT, saya gunakan manajemen SWT (Subhanahu Wa ta’ala). Satu bentuk keyakinan kepada Allah SWT, bahwa apapun yang terjadi harus kita hadapi, analisis, cari solusinya, dan selesaikan,” kata Agus saat wawancara di program Special Interview Youtube Suara Pemerintah TV.
Agus menceritakan bahwa kepemimpinannya saat ini di PT PPE bukan berdasarkan pengangkatan dari pemerintah seperti yang dilakukan terhadap BUMN. Di BUMD, jabatan direktur utama dipilih berdasarkan hasil seleksi. Agus harus bersaing dengan para calon lainnya hingga ia dipilih untuk menduduki jabatan Direktur Utama di PT PPE.
“Saya pikir di BUMD sama dengan BUMN, ada kenikmatan spesial, tapi di PT PPE tidak ada. Saya berangkat dari kondisi perusahaan yang minus hingga sekian ratus miliar. Saya shock sebetulnya. Tapi inilah yang harus saya hadapi, ini juga yang saya jadikan modal bahwa kondisi apapun harus diselesaikan,” kata Agus.
Melihat kondisi PT PPE, banyak pihak yang pesimis perusahaan ini bisa bangkit kembali. Agus dihadapkan pada pilihan antara menutup atau menyelamatkan perusahaan.
“Semua pihak memilih untuk menutup perusahaan. Mereka tidak yakin PT PPE bisa dibangun kembali karena kondisinya yang parah. Hanya satu orang saja, yaitu Pak Bupati yang memutuskan untuk tetap menjalankan PT PPE,” ungkap Agus.
Mulai Pembenahan Signifikan
Akhirnya Agus membulatkan tekad dan menguatkan keyakinannya pada kekuatan Allah SWT bahwa semua persoalan pasti ada solusinya. Setelah memutuskan bahwa Agus akan mulai membenahi PT PPE, hal pertama yang ia hadapi adalah demo dari para karyawan perusahaan.
“Saya didemo karyawan karena sudah 9 bulan tidak mendapatkan gaji. Saya kasih pilihan, mari kita hancurkan perusahaan ini atau kita selamatkan. Nah, untuk menyelamatkan perlu ada rasa yang sama. Kesamaan rasa itulah yang menjadikan tim sangat solid,” ujarnya.
Agus kemudian membangun kembali mental tim di PT PPE dengan menghidupkan mindset senasib dan serasa agar tim mau bekerja sama membangun PT PPE. Ia memutuskan bahwa manajemen dan karyawan harus memikul beban bersama. Apa yang didapatkan direksi juga harus didapatkan oleh karyawan.
“Jika gaji karyawan tersendat, begitu pula dengan gaji manajemen. Jujur, saya sendiri sampai sekarang belum merasakan gaji sebagai direktur utama. Tapi kami selalu berusaha untuk memenuhi gaji karyawan, walaupun masih tersendat. Tapi dari sinilah tim yang solid terbangun,” ungkap Agus.
Selain harus membangun mental SDM, Agus juga menganalisis secara detail persoalan-persoalan di PT PPE. Misalnya saja soal kenapa PT PPE bisa minus hingga ratusan miliar yang terjadi akibat adanya beban biaya operasional yang terlalu besar.
“Saya menemukan adanya beban biaya operasional yang terlalu besar. Saya pangkas biaya rutin dan merasionalisasikan karyawan berdasarkan kompetensi dan potensialnya. Dari faktor itu saja kita berhasil efisiensi anggaran dari 1,9 miliar menjadi 1,2 miliar,” jelas Agus.
Agus juga menemukan beban biaya pada kegiatan perawatan dan perbaikan infrastruktur yang melibatkan pihak ketiga.
“Kita rubah pola pihak ketiga dengan merekrut karyawan internal. Dari perubahan itu pun ada efisiensi hingga 60%,” ungkap Agus.
Optimis Targetkan Laba 21 Miliar di 2021
Agus mengatakan treatmen awal PT PPE adalah kembali membangun mental SDM yang solid. Setelah itu pembenahan dan penyelesaian berbagai persoalan internal. Termasuk berbagai gugatan hutang piutang yang sudah diselesaikan di pengadilan niaga.
“Banyak yang mengira setelah digugat PT PPE kiamat, tapi justru saya melihatnya ini adalah keuntungan. Dengan adanya gugatan tersebut kita bisa mengoreksi berbagai persoalan keuangan perusahaan. Sekarang semua masalah hutang piutang sudah diselesaikan melalui beberapa koreksi dan kesepakatan. Kita jadi lebih tenang dan bisa menjalankan perusahaan dengan aman,” jelas Agus.
Meskipun masih ada sejumlah PR (pekerjaan rumah) yang masih harus diseleikan PT PPE, tapi Agus optimis mampu menargetkan perusahaan untuk menghasilkan laba hingga Rp 21 miliar di tahun 2021.
“Setelah pembenahan, kita coba mengembangkan berbagai potensi bisnis di PT PPE. Kita juga membuat strategi marketing eksternal yang cukup efektif. Di samping ada peluang dari program pemerintah untuk pendanaan pembangunan infrastruktur desa. Jadi kami optimis hingga akhir Desember bisa capai target tersebut,” jelas Agus.