Sabtu, November 8, 2025
spot_img

BERITA UNGGULAN

Cenderawasih Simbol Keondoafian, Tak Diperbolehkan Memakai Sembarangan

SuaraPemerintah.ID – Ketua Kampung Dewan Adat Suku Sentani, Odofolo Orgenes Kaway mengatakan bagi siapapun yang mengenakan Burung Cenderawasih yang menjadi mahkota kebesaran Ondoafi (raja) dikepalanya bakal disangsi adat dan akan dicabut saat itu juga dari kepalanya. Hal tersebut disampaikannya saat diwawancarai Tim Media Center KMAN VI di “Kurare Obhe,” Kampung Bambar Rabu (14/9/22).

“Siapa pun dia yang mengenakan Burung Cenderawasih yang menjadi simbol atau makota Kebesaran Ondoafi (raja) dikepalanya, akan dikenakan sangsi adat, dan akan dicabut saat itu juga dari kepalanya. Jadi, simbol kebesaran itu, tidak diperbolehkan memakai sembarangan,” tegasnya.

- Advertisement -

Menurut dia, pihaknya bakal tegas bahwa makhota Keondoafian tidak bisa dipakai sembarang untuk acara-acara serimonial Oleh siapa pun dia. Makhota Cenderawasih adalah lambang kebesaran Ondoafi yang sangat sakral dan tidak bisa digunakan sembarangan.

Ia menjelaskan, Cenderawasih yang dipakai di kepala seorang Ondoafi bukan sembarangan pakai. Pemakaian mahkota itu melalui proses yang panjang dan melalui tahapan-tahapan.

- Advertisement -

“Tidak semua Ondoafi yang mengenakannya, hanya Ondoafi-onfoafi tertentu yang bisa dan layak memakainya. Untuk itu, jika ada yang tidak punya hak memakai mahkota kebesaran Ondoafi itu sebagai pelengkap asesoris adat, kami akan cabut saat itu juga dan menjatuhkan sangsi adat langsung kepada pemakainya,” ungkapnya.

Kepada para pengrajin dan semua pihak, Ketua Dewan Adat Suku Sentani ini menghimbau, agar tidak lagi menggunakan simbol Cendrawasih sebagai perhiasan di kepala, dan simbol Gelang Batu yang digantungkan di noken.

Selain Burung Cenderawasih, Ketua DAS Bhuyaka juga menyoroti Noken yang lagi ramai digunakan saat ini. Ada jenis noken yang tidak bisa digunakan sembarang. Simbol-simbol yang dipasang pada noken harus diperhatikan. Ada noken yang digantung dengan manik-manik dan gelang batu, tidak bisa dipakai sembarang oleh sembarang orang.

“Kita bicara tentang kebangkitan adat, maka harus benar-benar merubah semua kebiasaan buruk yang menghancurkan identitas keaslian kita,” tegas Ketua Dewan Adat Suku Sentani.

Dijelaskan juga, simbol-simbol adat ini harus menjadi perhatian kita semua.

“Ini jati diri kami dan harga diri kami. Kalau dipakai sembarang saja, sama saja dengan menginjak-injak jati diri dan harga diri kami,” tegas Kaway.

Saat disinggung soal harapan masyarakat adat dalam penyelenggaraan KMAN VI bulan Oktober nanti, Ketua DAS Sentani berharap, momen ini bisa merekomendasikan kepada semua pihak untuk memperhatikan hak-hak komunal orang asli Papua.

KMAN VI Merupakan momen yang tepat untuk membahas, bagaimana cara mempertahankan nilai-nilai adat yang telah terkikis secara universal.

Cek Artikel dan Berita yang lain di Google News

- Advertisement -

Kirimkan Press Release berbagai aktivitas kegiatan Brand Anda ke email [email protected]

Artikel Terkait

Suara Hari Ini

Ikuti Kami

10,502FansSuka
392PengikutMengikuti
7PengikutMengikuti
2,910PelangganBerlangganan

Terbaru