Selasa, Maret 28, 2023
spot_img

BERITA UNGGULAN

Akademisi Nilai Program Food Estate di Kalteng Sudah Tepat

SuaraPemerintah.ID – Sebagai upaya ketahanan pangan regional, nasional dan internasional dengan program food estate yang dicanangkan di Kalimantan Tengah dinilai sudah tepat. Hal ini diungkapkan Susilawati, periset padi lahan rawa dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

Susilawati mengatakan, produktivitas padi di lahan rawa masih rendah . Di berbagai daerah, panen padi masih rendah atau masih di bawah angka rata-rata nasional sebesar 5,06 ton/ha. Kondisi ini salah satunya disebabkan dari minimnya pengetahuan petani terhadap sistem budidaya di lahan rawa.

- Advertisement -

Selain itu, luas lahan rawa yang digunakan untuk pertanian masih sangat kecil, hanya 23,8% dari luas total laham sawah di Indonesia. Menurutnya, program food estate yang diimplementasikan pemerintah ini dapat menambah Luas Tambah Tanam padi.

“Kami sangat bersyukur ada pencanangan program food estate ini. Karena lahan-lahan kita ini cukup potensial dan cukup luas. Artinya, pilihan Kalimantan Tengah untuk food estate ini adalah pilihan yang tepat,” ujar Susilawati, Senin (6/2/2023).

- Advertisement -

Menurutnya, dengan kondisi lahan pertanian di Indonesia yang semakin berkurang, pengelolaan lahan rawa menjadi solusinya. Walaupun untuk mengelolanya tidak semudah membalik telapak tangan, namun hal ini bisa diharapkan untuk solusi pangan masa depan.

“Memang tidak mudah mengelola lahan rawa. Ada persiapan-persiapan yang harus kita lakukan. Ini bagian dari investasi masa depan yang artinya food estate ini memang tepat dan harus ada,” kata Susilawati.

Dia menjelaskan, ada tiga jenis lahan rawa berdasarkan genangannya, yakni lahan rawa pasang surut, lahan rawa lebak dan lahan rawa lebak peralihan. Yang ada di Kalteng, didominasi lahan rawa pasang surut.

“Rawa pasang surut itu karena dipengaruhi oleh pasang surutnya air laut ada tipe a, b, c dan d. Rata-rata petani lokal sudah terbiasa dengan pengelolaan tersebut. Terutama yang paling banyak dimanfaatkan untuk usaha tani padi itu tipe a dan b yang bisa dua kali pertanaman dalam setahun. Sedangkan tipe c dan d lebih banyak dimanfaatkan untuk perkebunan karet dan buah-buahan,” jelasnya.

Dikatakannya, hal yang paling penting dalam mengolah lahan rawa adalah manajemen air. Hal ini yang menjadikan food estate tidak bisa berdiri sendiri, melainkan butuh sinergitas antar lembaga.

“Food estate ini mencakup keseluruhan. Tidak hanya menyangkut bantuan benih, tetapi juga tata air mikro dan makro. Karena food estate ini adalah program strategis nasional, sehingga banyak kementerian turut bergerak,” ungkapnya.

Diketahui, program food estate ini baru berjalan tiga tahun. Dia menilai, terlalu dini bila mengharapkan hasil maksimal dari lahan rawa yang belum terpenuhi secara optimal prasarana dan sarana pertaniannya.

“Kalau mau 3 tahun langsung berhasil mungkin bisa di lahan optimal bukan di lahan bukaan baru di rawa. Tetapi kalau di lahan rawa kita memang perlu proses lebih lama untuk menata lahan-lahan sesuai peruntukannya,” terangnya.

Susilawati pun mengungkapkan pengalamannya mendampingi masyarakat transmigrasi bertani di lahan rawa di Kalteng. Dibandingkan sebelumnya, kondisi pertanian di sini jauh lebih baik sejak adanya program food estate

“Dulu masyarakat lokal ketika mengolah lahan rawa pasang surut dengan cara-cara tradisional dan ditanami dengan padi lokal. Dari proses pengolahan perlu waktu lama dalam satu tahun mungkin hanya sekali tanam itu pun hasilnya hanya 1 sampai 2 ton per hektar. Sekarang dengan teknologi dan bibit unggul dengan adaptasi bagus hasilnya bisa mencapai 4 ton lebih,” jelasnya.

Kirimkan Press Release berbagai aktivitas kegiatan Brand Anda ke email [email protected]

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Artikel Terkait

Suara Hari Ini

HOT NEWS

10,502FansSuka
392PengikutMengikuti
7PengikutMengikuti
2,240PelangganBerlangganan

TERPOPULER

Terpopuler PRAHUM

Spesial Interview