SuaraPemerintah.ID – Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Pendidikan dan Moderasi beragama Kemenko PMK Warsito mengatakan bahwa tantangan dalam pertumbuhan ekonomi global salah satu fokusnya yaitu bagaimana mempersiapkan SDM yang unggul di Indonesia.
Hal tersebut ia utarakan saat menjadi narasumber dalam Seminar Teknologi, Akutansi, Bisnis, Ekonomi, dan Komunitas di Universitas Lampung pada Kamis (10/8/2023).
“Pilar pemerataan yang dilihat dari Indeks Gini bagaimana ketimpangan kaya dan miskin, Indonesia tergolong memiliki Indeks Gini yang cukup rendah kecuali di Perkotaan, jadi sejatinya ekstrim perekonomian Indonesia terjadi di perkotaan,” Ujar Warsito.
Kondisi Indeks Pembangunan Manusia Indonesia (IPM) pada Tahun 2023 memiliki nilai yang cukup baik yaitu 72,91 dengan tren yang selalu naik dimana 2010-2022 rata-rata meningkat 0,77 persen per tahun.
Dimensi IPM terbagi menjadi dimensi umur panjang dan hidup sehat yang meningkat 0,28 persen di 2023 dari 71,85 tahun di 2022, dimensi pengetahuan yang meningkat menjadi 13,10 di 2023, dimensi standar hidup layak meningkat dari 323 ribu rupiah (2,90%) dibanding tahun 2022.
Deputi Warsito menyebut pertumbuhan ekonomi global menurut World Bank pada 2023 masih lebih rendah dari perkiraan pertumbuhan 2022 yaitu dari 3,1% turun menjadi 2,1%, sehingga pada 2024 perkiraan mulai membaik menjadi 2,4% dan baru pada 2025 mampu kembali ke posisi 3%.
“Pertumbuhan ekonomi Indonesia di Triwulan II-2023 Indonesia tumbuh sebesar 5,71 persen. Pengangguran di Indonesia di Triwulan II juga mengalami penurunan menjadi 5,45% dengan presentase penduduk miskin pada Maret 2023 sebesar 9,36%,” Jelasnya.
Warsito menambahkan program rencana kerja pemerintah di 2023 yaitu bagaimana penyiapan SDM untuk ditingkatkan produktivitas dan daya saing dan leading sector dari Kemenko PMK.
Kemenko PMK harus memastikan bagaimana peningkatan kualitas SDM berkualitas dan daya saing dilaksanakan oleh kementerian teknis yang terkait.
“Program pembangunan manusia, pemerintah menyiapkan program yang berkelanjutan. Siklus pembangunan manusia sebagai pijakan untuk melakukan pembangunan sejak dari dalam kandungan hingga masa tua” ujar Warsito.
Seminar STABEK dibuka dengan sambutan oleh Naerobi selaku Dekan FEB Universitas Lampung. Naerobi dalam sambutannya mengatakan bahwa kedepan Indonesia mampu menentukan kebijakan yang akan diambil dunia ketika kita mengambil sebuah tindakan.
Naerobi juga menambahkan Produktifitas Indonesia masih cukup rendah hanya $13,1 per jam jauh jika dibandingkan dengan Singapura yang mencapai $73,7 per jam sehingga perlu mendatangkan Narasumber pada acara STABEk agar terjawab bagaimana meningkatkan produktivitas bangsa Indonesia.
Seminar STABEK sudah berlangsung hingga seminar yang ke-7 dengan mengusung tema Ekonomi Global bagi Indonesia: Pemerataan Pembangunan untuk Kesejahteraan yang Berkelanjutan.
Turut hadir pula Setio Budiantoro selaku Manajer Pilar Pembangunan Ekonomi Sekretariat SDGs Bappenas, Nur Rizki Permanajati Ketua BPPKBN Provinsi Lampung, Teguh Endaryanto Ketua Perhimpunan Ekonomi Pertanian Komda Bandar lampung, Rusmelia Afriani sebagai Rektor Unila beserta jajarannya.
Cek Artikel dan Berita yang lain di Google News