.webp)
SuaraPemerintah.ID – Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan bahwa penerimaan bea masuk Indonesia mencatatkan kenaikan signifikan menjadi Rp24,3 triliun pada semester pertama tahun 2024. Kenaikan ini disebabkan oleh pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, yang mencapai puncaknya dengan mencatatkan level Rp16.400 dalam periode Mei-Juni 2024.
Dalam penyampaian Pokok-pokok Laporan Realisasi Semester I dan Prognosis Semester II Pelaksanaan APBN Tahun Anggaran 2024 di DPR, Sri Mulyani menjelaskan bahwa pelemahan rupiah memperbesar nilai penerimaan bea masuk ketika dikonversikan ke dalam mata uang Indonesia.
“Bea masuk Rp24,3 triliun, kenaikan ini karena nilai rupiah, sehingga penerimaan kita lebih baik meskipun nilai impor gas kendaraan dan suku cadang turun,” ungkap Sri Mulyani, Senin (8/7/2024).
Di sisi lain, bea keluar juga mengalami pertumbuhan sebesar 52,6%, dipicu oleh kenaikan bea keluar mineral yang meningkat hingga 10 kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya, serta produksi sawit yang stabil. Namun, terdapat penurunan dalam harga rata-rata minyak sawit (CPO) dan volume produksi kelapa sawit.
“Ini memberikan kontribusi pada bea keluar yang turun namun dikompensasi dengan mineral,” ujarnya.
Sri Mulyani juga menyoroti penurunan penerimaan cukai, yang sebagian besar disebabkan oleh pengendalian produksi rokok. Meskipun demikian, ia menegaskan bahwa kegiatan pengawasan cukai ini penting untuk melindungi masyarakat, mengingat lonjakan dalam perdagangan rokok ilegal dan tantangan dalam sektor tekstil dan baja akibat fragmentasi global.
Hingga saat ini, menurutnya, penindakan terus naik dengan kenaikan cukai rokok yang menimbulkan kemunculan rokok ilegal. Selain rokok, dia mengatakan perlindungan dan pengawasan juga dilakukan terhadap tekstil dan baja sebagai imbas fragmentasi global.
Cek Artikel dan Berita yang lainnya di Google News
