Rabu, Desember 11, 2024
spot_img
spot_img

BERITA UNGGULAN

BRIN Paparkan Strategi Hadapi Megathrust Melalui Adaptasi dan Mitigasi

SuaraPemerintah.ID Para peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyoroti pentingnya langkah-langkah adaptasi dan mitigasi dalam menghadapi potensi gempa megathrust yang mengancam Indonesia. Nuraini Rahma Hanifa, seorang Peneliti Ahli di Pusat Riset Kebencanaan Geologi BRIN, menyampaikan hal ini dalam acara BRIN Insight Every Friday (BRIEF) edisi ke-128 dengan tema “Mengenal Megathrust dan Mitigasinya”, pada Jumat, 30 Agustus 2024.

Berdasarkan keterangan tertulis yang diunggah di situs resmi BRIN pada Senin, 2 September 2024, gempa megathrust bukanlah fenomena baru di Indonesia. Data dari BMKG menunjukkan bahwa berbagai wilayah di Indonesia, khususnya sepanjang Sumatra, beberapa area di Jawa, serta kawasan Indonesia bagian timur, telah mengalami gempa megathrust dan tsunami.

- Advertisement -

“Gempa megathrust adalah fakta alam yang harus kita hadapi. Namun, dengan riset yang mendalam, kita dapat berperan dalam pengurangan risiko melalui langkah adaptasi dan mitigasi,” kata Rahma.

Ia menjelaskan bahwa megathrust, secara harfiah, adalah patahan naik yang sangat besar. Karena Indonesia berada di zona ring of fire, banyak wilayah di negara ini yang rentan terhadap gempa megathrust. Isu ini mulai menjadi perhatian besar pada tahun 2011, dan sejak itu banyak penelitian telah dilakukan untuk mendukung upaya mitigasi bencana.

- Advertisement -

Peta gempa tahun 2017 yang sedang diperbarui dan diproyeksikan rampung pada akhir 2024 menunjukkan bahwa wilayah megathrust di Indonesia umumnya berada di sisi barat Sumatra hingga selatan Jawa. Di kawasan selatan Jawa, megathrust terbentang sepanjang 1.000 kilometer dengan bidang kontak selebar 200 kilometer, dengan kedalaman sekitar 60 kilometer. Zona ini terus mengakumulasi energi yang bisa dilepaskan kapan saja.

“Dalam menghadapi gempa megathrust, kita harus memahami bahwa ada faktor yang bisa kita kendalikan dan yang tidak bisa kita kendalikan, seperti pergerakan lempeng bumi dan perkembangan populasi. Risiko bencana merupakan hasil dari interaksi antara bahaya dan kerentanan, yang diimbangi dengan kapasitas atau kemampuan untuk beradaptasi,” lanjut Rahma.

Ia juga menekankan bahwa ancaman dari gempa megathrust mencakup ancaman primer seperti goncangan gempa dan pergeseran permukaan, serta ancaman sekunder seperti tsunami, tanah longsor, likuifaksi, dan kebakaran.

Rahma menegaskan bahwa pemahaman yang baik mengenai megathrust sangat penting untuk memperkuat kemampuan adaptasi dan kesiapsiagaan dalam menghadapi potensi bencana alam di masa mendatang.

Cek Artikel dan Berita yang lainnya di Google News

- Advertisement -

Kirimkan Press Release berbagai aktivitas kegiatan Brand Anda ke email [email protected]

Artikel Terkait

Suara Hari Ini

Ikuti Kami

10,502FansSuka
392PengikutMengikuti
7PengikutMengikuti
2,820PelangganBerlangganan

Terbaru