Suarapemerintah.id – Menteri Agama Fachrul Razi menyampaikan bahwa spirit kelahiran Nabi Muhammad SAW merupakan nilai yang tak terhingga bagi peradaban. Hal ini diungkapkan Menag saat menyampaikan sambutan dalam Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW Tingkat Kenegaraan 1442H/2020M.
Menag menyampaikan, Nabi Muhammad SAW Lahir di tengah runtuhnya nilai-nilai kemanusiaan bangsa Arab saat itu. “Putra Abdullah ini sangat ditunggu, sebagaimana telah dijanjikan dalam kitab-kitab terdahulu,” kata Menag, Kamis (29/10).
Kelahiran Nabi Muhammad SAW, lanjut Menag, menjadi penanda langit tentang datangnya sosok nabi agung yang kemudian memimpin dunia menuju peradaban yang penuh kasih sayang dan menjunjung tinggi hak asasi. “Inilah nabi akhir zaman yang kelahirannya telah dinantikan dan disambut oleh segenap manusia beriman,” kata Menag dalam peringatan yang mengusung tema Spirit Maulid Nabi Muhammad SAW Dalam Menjunjung Tinggi Nilai-Nilai Kemanusiaan.
Presiden RI Joko Widodo ikut menyampaikan amanatnya dalam gelaran Maulid Nabi Muhammad SAW yang disiarkan secara langsung oleh TVRI, RRI dan Medsos Kemenag RI dari Auditorium HM Rasjidi Kantor Kementerian Agama Jalan MH Thamrin Jakarta.
Hadir juga mengikuti rangkaian kegiatan Maulid, Wapres Ma’ruf Amin, sejumlah menteri Kabinet Indonesia Maju dan Duta besar negara sahabat, Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid, Dirjen Bimas Islam dan para pejabat Kementerian Agama lainnya.
Mengubah Peradaban Manusia
Menag menambahkan ada banyak kebaikan yang lahir bersamaan dengan lahirnya nabi akhir zaman ini. Ada semangat yang tumbuh dalam diri masyarakat arab saat itu, bahwa sang bayi yang lahir ini akan membawa mereka dan juga umat manusia ke arah kebaikan yang dinanti.
“Spirit yang paling mendasar yang disebarkannya dalam mengubah peradaban manusia adalah mengajak manusia beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta membangun toleransi dan saling menghargai antar sesama,” kata Menag.
Dalam dakwahnya, lanjut Menag Nabi SAW adalah sosok yang memberi perhatian besar terhadap kedamaian, sekaligus meletakkan dasar-dasar penghormatan atas perbedaan. hal ini terlihat dari kesuksesannya saat menyatukan dua kelompok sahabat, Anshar dan Muhajirin di Madinah.
Disampaikan Menag heterogenitas masyarakat adalah keniscayaan. Karenanya baginda Nabi SAW memberikan contoh bagaimana heterogenitas tersebut dikelola secara baik dengan menerapkan prinsip persamaan hak dan saling memuliakan.
Inilah yang pada akhirnya membawa negeri madinah menjadi negeri yang dirindukan oleh bangsa- bangsa lain untuk hadir dan merasakan sentuhan lembut sang nabi akhir zaman ini.
“Hari ini jarak kita sudah sangat jauh dengan periode nubuwwah. Namun spirit itu masih nyata hadir dalam nadi kita, dalam setiap langkah kaki kita, dan dalam hati sanubari kita,” ujar Menag.
“Ajaran dan nilai-nilainya begitu nyata memberi warna. Pada naluri keagamaan kita, bahwa islam itu membawa rahmat bagi alam semesta, bila membawa kerusakan pastilah bukan ajaran islam,” tegas Menag
Di akhir sambutannya Menag menegaskan Indonesia diwarisi berbagai keragaman dan perbedaan.
Hingga kini Indonesia masih bersatu dengan kokoh kuat karena mencontoh teladan akhlak mulianya dan menaati ajaran sang rasul Allah itu.
“Tugas kita adalah menjabarkan spirit nubuwwah untuk mengikat setiap kita dalam satu visi yang sama. Spirit nubuwwah inilah yang akan menjaga
kita dari perpecahan. Meski kita berbeda dalam banyak hal, namun sebagai umat baginda Nabi Muhammad SAW, kita sangat menghargai perbedaan itu,” tutup Menag.