SuaraPemerintahid – PT Hotel Indonesia Natour (Persero) atau HIN meluncurkan nama dan logo baru (rebranding) pada 3 unit hotelnya. Rebranding tersebut akan menjadi identitas hotel-hotel milik BUMN yang jumlahnya lebih dari 100 properti yang tersebar di berbagai provinsi di Indonesia.
Perubahan ini merupakan salah satu tahapan dari program Holding Hotel BUMN yang di dalamnya terdapat “branding” sebagai salah satu pilar untuk mewujudkan National Hotel Chain dengan standar Internasional. Perubahan ini secara bertahap akan diikuti oleh hotel milik BUMN lainnya yang nantinya akan dioperatori oleh Hotel Indonesia Group (HIG)
Tiga hotel yang melakukan rebranding, yaitu:
- hotel bintang 3 Inna Parapat menjadi “Khas Parapat”;
- hotel bintang 4 Grand Inna Padang menjadi “Truntum Padang”, dan
- hotel bintang 5 Inaya Putri Bali menjadi “Merusaka” .
Nama serta logo baru 3 (tiga) unit hotel tersebut telah diresmikan langsung oleh Menteri BUMN Republik Indonesia Bapak Erick Thohir yang diwakilkan oleh Wakil Menteri II Kementerian BUMN Kartika Wirjoatmodjo dan juga Menteri Pariwisata dan Kepala Badan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia Sandiaga Salahuddin Uno.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno dalam sambutannya saat Peluncuran Nama dan Logo Baru (Rebranding) Unit Hotel PT Hotel Indonesia Natour di Merusaka Nusa Dua, Bali, Kamis (8/11) menjelaskan, pihaknya mengapresiasi langkah yang dilakukan holding hotel BUMN untuk melakukan transformasi di tengah pandemi. Menurutnya, momentum ini diharapkan mampu membangkitkan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif baik di Bali maupun di seluruh Indonesia.
“Memang ini saat yang tepat untuk kita melakukan pembenahan, karena di tengah pandemi ini kita memiliki waktu untuk berpikir kembali. Ini bagian dari inovasi, adaptasi, dan kolaborasi, temen-temen BUMN juga sepakat jika sektor parekraf menjadi lokomotif keluar dari pandemi ini. Terlebih dengan rebranding 3 hotel yang memiliki unsur kearifan lokal kami harapkan akan tercipta peluang dan lapangan kerja baru,” ujar Sandiaga.
Dia mengingatkan, jika kepemilikan dan pengelolaan hotel memang harus dipisahkan seperti yang dilakukan holding hotel BUMN guna mempermudah kinerja. Kemudian dengan program rebranding ini, maka diharapkan akan lebih meningkatkan nilai hotel milik BUMN dan membangun citra positif kepada tamu. Tentunya ini harus diiringi dengan inovasi baru yang disesuaikan dengan kondisi saat ini, baik dalam pelayanan, produk, maupun SDM.
“Ke depan, diharapkan kita dapat berkolaborasi bersama untuk memajukan pariwisata dan ekonomi kreatif Indonesia dengan melakukan aksi nyata untuk mendukung pemulihan pariwisata dan ekonomi kreatif,” ujarnya.
Kementerian BUMN sebelumnya telah membentuk holding BUMN hotel dalam dua program pengelolaan dan pengembangan holding hotel BUMN ke depan yakni holding ownership yang dilaksanakan anak usaha PT Wijaya Karya (Persero), PT Wijaya Karya Realty, dan holding operatorship untuk HIN yang kemudian diserahkan kepada Hotel Indonesia Group (HIG) selaku anak perusahaan.
Wakil Menteri II BUMN Kartika Wirjoatmodjo mengatakan, pihaknya meluncurkan 3 brand dari program rebranding hotel sebelumnya yang akan secara bertahap dimasukan ke dalam holding hotel BUMN. Kemudian secara bertahap pada 2021 akan ada 29 hotel di bawah BUMN yang akan melakukan rebranding.
“Dalam 3 tahun ke depan kita akan rebranding 111 hotel, sehingga diharapkan ke depan seiring membaiknya pariwisata pascapandemi kita sudah akan memiliki banyak hotel baru yang bercita rasa Indonesia dan memberikan kebanggaan bagi brand lokal, serta mengusung kearifan lokal di daerah masing-masing,” ujarnya.
Direktur Utama PT Hotel Indonesia Natour (persero) Iswandi Said mengatakan bahwa HIN merasa sangat terhormat bisa mendapat kepercayaan memiliki peran penting dalam program holding hotel BUMN. Selain itu melalui HIG, HIN akan menjadi operator hotel milik BUMN yang jumlahnya lebih dari 100 unit, dan ketika rencana jangka panjang tersebut sudah terealisasi, maka HIG akan menjadi operator hotel terbesar ketiga yang ada di Indonesia.
“Peningkatan kualitas sumber daya manusia adalah kunci dari perubahan atau transformasi ini, karena pada industri pariwisata, pelayanan adalah hal yang utama, oleh karena itu HIN terus berbenah dan meningkatkan pelayanan agar dapat memberikan pelayanan dengan standard internasional dengan budaya dan kepribadian khas Indonesia tentunya diikuti juga dengan penerapan protokol kesehatan /CHSE yang ketat dan disiplin,” terang Iswandi.


.webp)


















