Kamis, Oktober 2, 2025
spot_img

BERITA UNGGULAN

Kemen P3A: Pusat Pembelajaran Keluarga Cegah Paham Radikal

SuaraPemerintah.id – Asisten Deputi Pemenuhan Hak Anak atas Pengasuhan dan Lingkungan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA), Rohika Kurniadi Sari menegaskan bahwa peran keluarga sangat penting dalam mencegah radikalisme dan terorisme.

“Negara pun ikut hadir dalam upaya meningkatkan kapasitas keluarga melalui layanan Pusat Pembelajaran Keluarga (PUSPAGA) yang saat ini jumlahnya 189 PUSPAGA dengan psikolog yang tersebar di seluruh Indonesia. PUSPAGA memiliki fungsi layanan informasi maupun bimbingan kepada keluarga yang dapat membantu mengoptimalisasikan peran keluarga dalam mencegah tindakan radikalisme dan terorisme terhadap anak dan keluarga,” kata Rohika,(13/7/21).

- Advertisement -

Dia menambahkan, jawaban terkait isu radikalisasi dan terorisme dalam keluarga, Kemen PPPA dengan BNPT selengarakan Sosialisasi Pencegahan Anak dan Keluarga dari Paham Radikalisme dan Terorisme melalui Pusat Pembelajaran Keluarga.

“Kegiatan ini dilaksanakan sebagai penguatan bagi Psikolog/Konselor serta Dinas PPPA pengampu PUSPAGA yang memiliki fungsi layanan dan bimbingan agar mampu memahami akan pentingnya pencegahan paham radikalisme dan tindakan terorisme pada anak dan keluarga dan tentu sesuai dengan Tema Hari Anak Nasional Tahun 2021, Anak Terlindungi, Indonesia Maju,” paparnya.

- Advertisement -

Rohika mengatakan banyak persoalan tentang perlindungan dan pemenuhan hak anak bermula dari keluarga yang akan mencerminkan kualitas Bangsa dan Negara kita. “Kita sangat berharap, keluarga-keluarga di seluruh Indonesia akan menjadi lebih kuat dan tangguh dalam menghadapi tantangan radikalisasi dan terorisme, yang diawali dari mitigasi dalam pengasuhan anak berbasis hak anak” pungkas Rohika.

Dalam hal itu, mengenai cara mengatasi pencegahan paham radikalisme dan terorisme tidak lepas dari kebijakan pemerintah melalui BNPT. Oleh sebab itu, Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), R. Ahmad Nurwakhid mengatakan inti dari masalah radikalisme dan terorisme yaitu ideologi menyimpang yang berpotensi menyasar siapa saja tanpa mengenal agama maupun pekerjaan.

“Pola radikalisme dan terorisme oleh dunia internasional sudah dianggap sebagai kejahatan luar biasa dan kejahatan kemanusiaan atau kejahatan serius. Pola berawal dari potensi radikal yang berubah menjadi motivasi radikal jika dipicu oleh beberapa faktor di antaranya politisasi agama, pemahaman agama yang menyimpang, intoleransi, kemiskinan dan kebodohan. Faktor lain bisa juga dipicu oleh lingkungan dan media sosial sehingga dapat membentuk individu yang radikal-terorisme,” terang Ahmad Nurwakhid.

Dalam tuturnya, radikalisme dan terorisme dapat mengakibatkan seluruh manusia tidak kenal agama, suku, bangsa, pekerjaan, maupun tingkat pendidikan. “Oleh sebab itu, kita harus menjadi influencer untuk persatuan dan kedamaian yang berbasis kebenaran, jangan hanya diam terhadap penyebaran konten yang mengandung unsur radikalisme dan terorisme. Negara tidak dapat bekerja sendiri dalam mencegah paham radikalisme dan terorisme, untuk itu dibutuhkan kerjasama dan sinergitas seluruh pihak,” paparnya.

Sementara itu, Deputi Program Impak dan Kebijakan YSTC (Save The Children Indonesia), Tata Sudrajat mengatakan bagaimana cara kita mengasuh anak di keluarga dapat menimbulkan intoleransi, paham radikalisme, dan terorisme.

“Tantangan pola pengasuhan anak dalam keluarga dapat dipengaruhi oleh bagaimana lingkungan dan pola pikir orangtua. Keluarga yang menganut intoleransi, paham radikalisme, dan terorisme cenderung memiliki pola asuh yang toxic parent dan memiliki risiko tinggi mudah terpapar paham radikalisme dan terorisme. Sedangkan keluarga seharusnya memiliki kelekatan aman dan menerapkan disiplin positif dalam pola pengasuhan pada anak. Disiplin positif dapat mencegah terpaparnya keluarga dari intoleransi, paham radikalisme, dan terorisme,” kata Tata Sudrajat.

Selanjutnya, Psikolog PUSPAGA Semanggi Kota Surabaya, Doni Mustofa berbagi praktik baik tentang bagaimana peran PUSPAGA dalam mencegah keluarga terkena paham radikalisme dan terorisme. “Kehadiran PUSPAGA di Surabaya selaras dengan predikat Surabaya sebagai kota yang mendapatkan kesetaraan gender, anti kekerasan perempuan dan anak, juga perdagangan manusia. Kegiatan PUSPAGA dimaksimalkan untuk psiko-edukasi dan memaksimalkan peran aktif sebagai pencegah dan bukan sebagai penanganan. Untuk pencegahan keluarga terpapar paham radikalisme dan terorisme kami melakukan serangkaian kegiatan sosialisasi baik melalui konseling online, konseling kelompok, penjangkauan, maupun podcast dan penggunaan media sosial,” jelas Doni.

- Advertisement -

Kirimkan Press Release berbagai aktivitas kegiatan Brand Anda ke email [email protected]

Artikel Terkait

Suara Hari Ini

Ikuti Kami

10,502FansSuka
392PengikutMengikuti
7PengikutMengikuti
2,910PelangganBerlangganan

Terbaru