SuaraPemerintah.ID– YouTuber Indonesia, Deddy Corbuzier, curhat perihal kronologi dialami terserang badai sitokin setelah dinyatakan terpapar Covid-19. Curhatan tersebut diutarakan langsung kepada Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin melalui video podcast di YouTube Deddy Corbuzier, Rabu (25/8/21).
Sekedar informasi dikutip dari laman halodoc, badai sitokin merupakan salah satu komplikasi yang bisa dialami oleh penderita COVID-19. Kondisi ini perlu diwaspadai dan perlu segera ditangani secara intensif. Bila dibiarkan tanpa penanganan, badai sitokin dapat menyebabkan kegagalan fungsi organ hingga kematian.
Badai sitokin (cytokine storm) terjadi ketika tubuh melepaskan terlalu banyak sitokin ke dalam darah dalam jangka waktu sangat cepat. Kondisi ini membuat sel imun justru menyerang jaringan dan sel tubuh sehat, sehingga menyebabkan peradangan. Kondisi ini diketahui dengan pemeriksaan D-dimer dan CRP pada penderita COVID-19.
Pada penderita COVID-19, badai sitokin menyerang jaringan paru-paru dan pembuluh darah. Alveoli atau kantung udara kecil di paru-paru akan dipenuhi oleh cairan, sehingga tidak memungkinkan terjadinya pertukaran oksigen. Itulah sebabnya mengapa penderita COVID-19 kerap mengalami sesak napas.
Sebagian besar penderita COVID-19 mengalami badai sitokin mengalami demam dan sesak napas hingga membutuhkan alat batu napas atau ventilator. Kondisi ini biasanya terjadi sekitar 6–7 hari setelah gejala COVID-19 muncul.
Selain demam dan sesak napas, badai sitokin juga menyebabkan berbagai gejala, seperti kedinginan atau menggigil, kelelahan, pembengkakan di tungkai, mual dan muntah, nyeri otot dan persendian, sakit kepala, ruam kulit, batuk, napas cepat, kejang, sulit mengendalikan gerakan, kebingungan dan halusinasi,tekanan darah sangat rendah,penggumpalan darah.
Penderita COVID-19 yang mengalami badai sitokin memerlukan perawatan di unit perawatan intensif (ICU). Beberapa langkah penanganan akan dilakukan dokter meliputi:
Pemantauan tanda-tanda vital, meliputi tekanan darah, denyut nadi, pernapasan, dan suhu tubuh, secara intensif, pemasangan mesin ventilator, pemberian cairan melalui infus, pemantauan kadar elektrolit Cuci darah (hemodialisis), pemberian obat anakinra atau tocilizumab (actemra) untuk menghambat aktivitas sitokin.
Meski demikian, masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui penanganan penderita COVID-19 mengalami badai sitokin. Badai sitokis dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh dan bisa mengancam nyawa. Agar terhindar dari kondisi ini, kita disarankan selalu mematuhi protokol kesehatan kapan saja dan di mana saja.


.webp)


















