SuaraPemerintah.ID – Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian mengungkapkan rata-rata tenaga honorer bidang administrasi di daerah yang tidak kapabel diisi para tim sukses hingga keluarga kepala daerah dan pejabat setempat.
“Tenaga honorer ini ada tiga macam, satu ada yang spesialis tenaga kesehatan, seperti perawat segala macam, yang kedua adalah guru yang mengajar,” kata Tito saat memberikan sambutannya di acara StranasPK di Kemendagri, Rabu (13/9).
“Nah itu fine, lah, tapi yang ketiga ini tenaga administrasi, tenaga administrasi ini rata-rata adalah tim sukses atau keluarganya kepala daerah atau pejabat di situ. Dikasih kerjaan,” tambah dia.
Yang disoroti Tito adalah karena tenaga honorer bidang administrasi tersebut tidak memiliki kapasitas semestinya. Bahkan, absen pagi lalu siangnya ngopi-ngopi.
“Jam 8 masuk, tidak punya keahlian, jam 10 sudah ngopi-ngopi, sudah hilang,” kata dia.
Keberadaan tenaga honorer tanpa kapabilitas ini disinggung Tito saat membicarakan anggaran belanja negara. Ketika pejabatnya berganti, lanjut dia, maka akan masuk kembali tim sukses baru menjadi tenaga honorer.
Hasilnya, tenaga honorer menumpuk tanpa kemampuan khusus. Modus macam ini kerap dijumpai di daerah-daerah.
“Ini membuat belanja pegawai di daerah-daerah yang bergantung dari transfer pusat semua tersedot ke situ anggarannya,” terang Tito.
Penumpukan honorer ‘keluarga-timses’ ini kemudian membuat program kegiatan di daerah banyak yang mengarah untuk gaji pegawai. Sedangkan biaya program untuk masyarakat hanya dapat sisa.
“Yang belanja modal yang betul-betul menyentuh untuk rakyat, membangun jalan, mungkin cuma 15-20 persen, jadi tidak ada kemajuan apa-apa,” imbuhnya.
Cek Artikel dan Berita yang lain di Google News