SuaraPemerintah.ID – Dalam dunia ekonomi, istilah inflasi dan deflasi sering kali menjadi topik penting yang dibahas oleh para ekonom, pemerintah, serta pelaku bisnis. Keduanya mengacu pada pergerakan harga barang dan jasa di pasar yang dapat memengaruhi kesejahteraan ekonomi suatu negara. Namun, inflasi dan deflasi memiliki dampak yang sangat berbeda terhadap perekonomian. Mari kita telusuri perbedaan keduanya serta mana yang lebih berisiko bagi perekonomian.
Apa Itu Inflasi?
Inflasi adalah peningkatan harga barang dan jasa secara umum dan berkelanjutan dalam suatu periode waktu. Artinya, daya beli uang menurun karena harga-harga semakin mahal. Sebagai contoh, jika harga barang kebutuhan pokok seperti beras, minyak, dan sayuran terus meningkat, maka uang yang dimiliki masyarakat tidak lagi mampu membeli barang dalam jumlah yang sama seperti sebelumnya.
Inflasi yang moderat umumnya dianggap normal dalam ekonomi yang berkembang karena menunjukkan adanya permintaan yang kuat. Namun, inflasi yang tinggi atau tidak terkendali, dikenal sebagai hiperinflasi, dapat menghancurkan perekonomian. Kondisi ini menyebabkan ketidakpastian ekonomi, penurunan nilai mata uang, dan menurunnya kepercayaan investor.
Faktor yang memicu inflasi antara lain:
- Permintaan yang meningkat terhadap barang dan jasa.
- Biaya produksi yang meningkat, seperti harga bahan baku atau upah pekerja.
- Kebijakan moneter yang longgar, seperti pencetakan uang secara berlebihan.
Apa Itu Deflasi?
Deflasi, sebaliknya, adalah penurunan harga barang dan jasa secara umum dalam jangka waktu yang berkepanjangan. Pada pandangan pertama, deflasi mungkin tampak menguntungkan karena harga-harga yang turun dapat meningkatkan daya beli masyarakat. Namun, pada kenyataannya, deflasi sering kali menjadi pertanda buruk bagi perekonomian.
Saat harga turun, konsumen cenderung menunda pembelian dengan harapan harga akan terus turun. Hal ini menurunkan permintaan barang dan jasa, yang kemudian dapat menghambat pertumbuhan ekonomi. Akibatnya, perusahaan menghasilkan lebih sedikit pendapatan dan mungkin harus memotong biaya, termasuk dengan mengurangi tenaga kerja. Pada akhirnya, hal ini dapat menyebabkan pengangguran yang tinggi dan melemahkan ekonomi secara keseluruhan.
Faktor yang memicu deflasi antara lain:
- Penurunan permintaan barang dan jasa secara signifikan.
- Kelebihan kapasitas produksi.
- Kebijakan moneter yang terlalu ketat, yang mengurangi jumlah uang beredar.
Mana yang Lebih Membahayakan?
Baik inflasi maupun deflasi dapat merusak perekonomian jika terjadi secara ekstrem. Namun, banyak ekonom berpendapat bahwa deflasi lebih berbahaya daripada inflasi dalam jangka panjang. Berikut alasannya:
- Deflasi Memicu Spiral Deflasi: Saat harga barang turun, perusahaan kehilangan pendapatan dan harus memotong biaya, termasuk dengan memberhentikan karyawan. Pengangguran meningkat, daya beli masyarakat menurun, dan permintaan terus berkurang. Ini menciptakan lingkaran setan yang sulit dipecahkan, di mana penurunan harga dan pendapatan terus berlanjut.
- Inflasi Dapat Dikendalikan dengan Kebijakan Moneter: Bank sentral biasanya memiliki alat yang lebih efektif untuk mengendalikan inflasi, seperti menaikkan suku bunga atau memperketat kebijakan moneter. Sedangkan untuk mengatasi deflasi, kebijakan yang dibutuhkan lebih kompleks dan sering kali membutuhkan waktu lebih lama untuk memberikan dampak yang signifikan.
- Deflasi Membuat Beban Utang Meningkat: Ketika deflasi terjadi, nilai mata uang meningkat. Hal ini mungkin terdengar baik, tetapi berarti bahwa nilai riil dari utang juga meningkat. Orang-orang dan perusahaan yang memiliki utang akan merasa lebih sulit untuk melunasi kewajiban mereka karena pendapatan mereka berkurang, tetapi nilai utang tetap sama atau bahkan naik.
- Inflasi yang Terkendali Justru Dapat Mendorong Pertumbuhan: Sedikit inflasi yang terkendali dapat menjadi tanda pertumbuhan ekonomi yang sehat, di mana permintaan barang dan jasa meningkat, mendorong produksi dan penciptaan lapangan kerja. Ini berbeda dengan deflasi yang hampir selalu dihubungkan dengan ekonomi yang lemah dan penurunan produktivitas.
Kesimpulan
Inflasi dan deflasi adalah fenomena ekonomi yang sama-sama memiliki dampak signifikan terhadap perekonomian. Inflasi yang tidak terkendali dapat mengikis daya beli dan menimbulkan ketidakstabilan ekonomi, tetapi deflasi sering kali dianggap lebih membahayakan karena memicu penurunan ekonomi yang sulit dihentikan. Bagi banyak negara, tantangan utamanya adalah menjaga agar inflasi tetap berada pada tingkat yang moderat, karena deflasi bisa menghantam ekonomi lebih keras dan lebih lama.
Pemerintah dan bank sentral memainkan peran penting dalam mengendalikan inflasi dan mencegah deflasi melalui kebijakan fiskal dan moneter yang tepat. Dengan kebijakan yang efektif, risiko ekonomi yang ditimbulkan oleh inflasi dan deflasi dapat diminimalkan, menjaga keseimbangan yang sehat bagi pertumbuhan ekonomi.
Cek Artikel dan Berita yang lainnya di Google News


.webp)


















