Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu’ti, menegaskan pentingnya peran guru dalam mencegah bunuh diri dan stres pada remaja. Mu’ti mengungkapkan bahwa guru seharusnya tidak hanya fokus pada kegiatan belajar mengajar, tetapi juga peduli terhadap kondisi psikologis dan emosional peserta didik guna menekan angka bunuh diri remaja yang terus meningkat.
Dalam pertemuan dengan Organisasi Penyelenggara Pendidikan di Jakarta Selatan pada Senin (4/11), Mu’ti mengungkapkan kebijakan baru yang mengharuskan guru untuk tidak hanya mengajar sesuai dengan bidang studi, tetapi juga memberikan layanan bimbingan yang lebih menyeluruh.
Kebijakan ini menuntut guru untuk lebih memperhatikan kesejahteraan peserta didik, tidak hanya mengandalkan guru Bimbingan dan Konseling (BK) dalam menangani masalah psikologis dan mental siswa.
Baca juga: Mendikdasmen Akan Evaluasi UN, Zonasi, dan Kurikulum Merdeka
“Selama ini kan banyak persoalan terkait peserta didik yang belum mendapatkan perhatian, karena banyak faktor, seperti guru terlalu sibuk dan sebagainya, sehingga dengan kebijakan sekarang ini, guru tidak hanya berkewajiban mengajar sesuai bidang studi, tapi juga punya kewajiban untuk memberikan layanan bimbingan,” kata Mu’ti di sela Pertemuan Mendikdasmen dengan Organisasi Penyelenggara Pendidikan di Jakarta Selatan, Senin (18/11).
Mu’ti juga menambahkan bahwa Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) berupaya memperkuat pendidikan karakter di seluruh satuan pendidikan. Salah satu langkah yang dilakukan adalah memberikan kesempatan kepada guru untuk mengikuti berbagai pelatihan guna meningkatkan kapasitas dalam layanan bimbingan dan konseling.
Dengan adanya peningkatan kapasitas guru, Mu’ti berharap permasalahan yang dihadapi peserta didik, baik terkait masalah akademis, psikologis, maupun mental, tidak hanya menjadi tanggung jawab guru BK, melainkan juga dapat menjadi perhatian seluruh guru di sekolah. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan keterbukaan siswa untuk menceritakan masalah mereka, serta mendapatkan bantuan yang mereka butuhkan.
“Jadi, nanti layanan konseling terkait berbagai masalah mental, masalah psikologis dan masalah akademik dapat terbantu dengan peranan guru sebagai pembimbing itu ya,” imbuhnya.
Pada Kamis (14/11), Komunitas Pencegahan Bunuh Diri Into The Light Indonesia melaporkan adanya 826 kasus bunuh diri di Indonesia sepanjang tahun 2024. Konselor Satgas Pencegahan Primer Into The Light, Rizky Iskandar Sopian, mengatakan bahwa angka tersebut hanya mencakup kasus yang terdata, sementara angka sebenarnya kemungkinan lebih tinggi. Salah satu kelompok usia yang paling rentan terhadap bunuh diri adalah pelajar, dengan berbagai faktor yang melatarbelakangi, seperti perundungan atau bullying.
“Setahun ini dari data yang kita temui itu 826 kasus bunuh diri. Tapi ingat, kasus bunuh diri itu seperti fenomena gunung es, apa yang terlihat lebih sedikit dari kenyataannya,” kata Konselor Satgas Pencegahan Primer Into The Light, Rizky Iskandar Sopian.
Cek Artikel dan Berita Lainnya di Google News