Di tengah arus globalisasi dan digitalisasi, media sosial telah menjadi saluran komunikasi serbaguna yang tidak hanya memfasilitasi hubungan antar individu, tetapi juga membuka ruang bagi individu berbakat untuk menampilkan karya seni tanpa batasan biaya. Kemudahan ini memungkinkan para individu kreatif menunjukkan eksistensinya di kancah global hanya melalui unggahan dan video.
Bahkan teori-teori yang diyakini sebagai sebuah teori komunikasi bisa berubah gara-gara media sosial, ungkap Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Kalimantan Timur, Muhammad Faisal saat menjadi pembicara pada Ngapeh dengan tema berkarya melalui media sosial, Selasa (10/6/2025).
Menurut Faisal, hampir semua lini kehidupan saat ini bergantung pada media sosial. Oleh karena itu, pemerintah sangat menyadari pentingnya menyiapkan diri menghadapi berbagai kemungkinan, termasuk maraknya hoaks dan buzzer.
“Suka tidak suka, pemerintah ikut belajar terjun di dalamnya. Ternyata banyak juga keuntungan maupun manfaatnya selain hal-hal negatif. Tapi pemerintah harus siap-siap dan menyiapkan,” jelasnya.
Pemerintah kini dituntut untuk mempelajari strategi bermain media sosial, termasuk bagaimana ikut nimbrung dalam menyampaikan sosialisasi dan diseminasi informasi. Di sisi lain, penting juga untuk belajar bagaimana mengantisipasi kemungkinan negatif yang muncul dari media sosial.
“Kita mengukur perilaku netizen ini yang berubah-ubah sehingga diperlukan bukan hanya memperbarui wawasan pengetahuan dan situasi terkini, tetapi juga strategi yang dilakukan oleh survei-survei dan ini menjadi bagian dari strategi,” kata Faisal.
Pemerintah pun mulai beradaptasi dengan tren konten yang lebih ringkas. “Kalau dulu bikin video panjang-panjang, sekarang pendek tepatnya. Yang pendek bukan lebih mudah, tapi pendek malah lebih sulit,” imbuh Faisal.
Hal ini juga memunculkan peluang kerja baru yang menjanjikan bagi generasi muda yang melek digital. Namun, percepatan transformasi digital harus diimbangi dengan percepatan literasi digital. Antara kemajuan teknologi dan literasi digital harus sejalan. Kalau tidak nanti satu daerah internet cepat isinya main game online saja.
“Media sosial satu sisi hiburan, edukasi, bisa duit, satu sisi bisa berbahaya,” tutupnya.
Intinya, pemerintah telah beradaptasi dengan menggunakan media sosial untuk sosialisasi kegiatan, regulasi, dan sebagainya. Pemerintah juga mulai menyadari bahwa tidak mudah menjadi pembuat konten, sehingga kini mereka bekerja sama dengan pembuat konten yang sesuai dengan tema yang ingin disampaikan.
Selain itu, Pemerintah mulai melirik peran pembuat konten dan influencer untuk memastikan pesan-pesan yang dibuat dapat dilihat dan dinikmati masyarakat, sehingga apapun konten yang dibuat, pesannya sampai ke masyarakat.
Cek Artikel dan Berita yang lain di Google News