SuaraPemerintah.ID – Pada sejumlah survei belakangan ini, nama Prabowo Subianto senantiasa masuk top three figur paling populer sebagai capres 2024. Namun dari hasil teropong Drone Emprit terhadap media sosial dan media berita selama sepekan, 22-29 Mei 2022, nama Menteri Pertahanan ini berada pada kelompok papan bawah.
Analyst dari Drone Emprit, Munib Anshori menuturkan, jumlah mentions untuk Prabowo berada pada klaster terendah (0-30.000 mentions). Satu klaster dengan dan Muhaimin Iskandar (Cak Imin), Sandiaga Uno, Airlangga Hartarto dan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Pada klaster menengah (30.001-60.000 mentions), terdapat nama Puan Maharani. Sementara di klaster teratas (60.001-90.000 mentions), beradu pesona antara nama Anies Baswedan, Erick Thohir, Ganjar Pranowo, dengan Ridwan Kamil.
Ia mengatakan, hasil survei popularitas figur-figur yang memiliki kans sebagai capres versi Populi Center dan Indikator Politik yang digelar pada medio Maret-April 2022 lalu, hanya nama Anies dan Ganjar yang popularitasnya linier antara hasil survei lapangan dengan performa mentions di media online. Keduanya, baik di media siber maupun survei lapangan sama-sama bercokol di peringkat tiga besar.
“Satu lagi adalah Erick yang performanya cukup mencengangkan, mengingat Menteri BUMN ini terhitung pendatang baru dibanding beberapa lainnya dalam kontestasi figur potensial,” ujar Munib .
Secara rinci, masing-masing figur terdeteksi punya karakteristik beragam pada setiap platform media. Untuk media berita, sepanjang periode ini, berita tentang Jakarta International Stadium (JIS) dan Formula E terpantau menjadi magnet utama bagi Anies.
Analyst Drone Emprit ini menuturkan, terpantau dua variabel utama terkait tingginya percakapan tentang Anies. Pertama, pro Anies cenderung memaksimalkan kapitalisasi kinerja lewat simbolisasi JIS dan Formula E di penghujung masa jabatan Gubernur DKI Jakarta itu. Sementara yang kontra Anies juga agresif mengulik kelemahan JIS dan Formula E untuk men-downgrade reputasi bekas Menteri Pendidikan ini. Di media sosial, terkait Anies, masih terasa rivalitas kadrun versus cebong sekolam. Kendati demikian, narasi keduanya, baik yang pro maupun kontra, sama-sama mengatrol popularitas Anies Baswedan khususnya di media sosial Twitter. Pada kategori share of voice seluruh kanal media, Anies menempati ranking pertama, dengan persentase sebesar 23 persen.
Grafis 1. Komparasi SoV Antar Figur (engine by Drone Emprit)
Kemudian, Ganjar Pranowo, yang berada di urutan kedua dengan share of voice (SoV) sebesar 21 persen. Percakapan tentangnya di media sosial berbasis pada topik banjir rob di pantura Jawa Tengah. Para haters Ganjar melakukan tekanan masif menyoal reputasi Gubernur Jawa Tengah itu dalam mengurus banjir. Sementara akun-akun yang selama ini teridentifikasi pendukung Jokowi cukup kentara miring ke Ganjar. Karakteristik Ganjar terasa erat dilekatkan dengan sosok Jokowi, Jawa, informal, sederhana, dekat dengan warga. Sedangkan pada media berita, isu elektabilitas dan peluang Ganjar dapat tiket capres dari PDIP cukup dominan digelar oleh pers. Rilis survei elektabilitas dan pandangan pengamat tentang potensi pencapresan Ganjar laris manis dikulik jurnalis.
Nah, untuk Erick Thohir, terbaca para haters di media sosial fokus pada upaya mendelegitimasi reputasinya, wabil khusus pada aspek integritas. Tak henti-hentinya tudingan mengenai bau ‘amis’ pada investasi Telkomsel ke Goto, yang dikaitkan dengan kakak sang Menteri BUMN, Boy Thohir. Namun hingga kini, belum terbaca adanya pasukan siber yang secara ekstrem bergerak untuk Erick. “Masih sangat samar. Sokongan narasi terhadapnya terpantau lebih karena aktivitas sebagai menteri dan amplifikasi konten-konten Erick di media sosial. Pun dalam perkara pencapresan, beredarnya nama Erick lebih mencuat lantaran disebut dalam satu tarikan napas dengan para figur lainnya. SoV Erick mencapai 20 persen,” kata Munib.
Berikutnya, nama Kang Emil menjadi begitu gegap gempita di-mentions tersebab tragedi hanyutnya anak Gubernur Jawa Barat itu dalam sungai Aare di Swiss sejak 27 Mei. Media-media arus utama terus memberitakannya secara berkala karena dianggap punya news value yang tinggi. Pemberitaan yang intens di media online tentang musibah itu seiring sejalan dengan meningkatnya mentions di media sosial, mulai dari Twitter, Facebook, Instagram, hingga Youtube. Belum ditemukannya Eril—anak sulung Ridwan Kamil, terus menjadi topik percakapan dan pemberitaan dalam perspektif empati. Performa SoV Emil berada pada angka 15 persen.
Puan Maharani, yang mendapat SoV 11 persen, pada media sosial Twitter lebih dominan berisi peristiwa dimatikannya mikrofon salah satu anggota DPR saat interupsi di sidang paripurna.
“Para netizen haters merayakan isu ini dengan maksud mengkritisi personalitas dan gaya kepemimpinan Ketua DPR. Sedangkan pada media berita, topik yang diangkat jurnalis lebih moderat. Isu pilpres dan kegiatan sebagai ketua parlemen lebih dominan muncul,” ujarnya.
Selama periode pemantauan, untuk tokoh lainnya, performa SoV yang mereka dapat belum menggembirakan. Cak Imin meraih 5 persen, AHY dan Sandiaga sama-sama 2 persen, Prabowo dan Airlangga masing-masing 1 persen.
Grafis 2. Social Network Analysis (engine by Drone Emprit)
Sementara itu, pada peta jejaring sosial Twitter, terdapat pola-pola komunikasi yang juga beraneka. Diskusi warganet tentang Anies, misalnya, terlihat kental dengan pro-kontra. Terjadi dialektika yang panas antar kedua pihak dalam satu atau beberapa isu sekaligus. Seperti dalam topik Formula E yang kental dengan puja-puji sekaligus kritik tajam.
Akun-akun yang teridentifikasi sebagai para pendukung Ganjar terbaca lebih sensi terhadap Anies ketimbang Prabowo. Demikian sebaliknya, mereka yang tampak pro Anies cukup elastis terhadap isu-isu negatif tentang Ganjar. Meskipun, bila dicermati per klaster percakapan, pendukung Anies, Ganjar, Prabowo, Puan, dan Erick acapkali berada di dalam satu medan perang opini.
Meski pendukung Anies terpantau aktif mengulik apa-apa yang jadi titik lemah reputasi Ganjar atau Puan, namun tidak cukup agresif terhadap, misalnya, Cak Imin atau Emil. Begitu pula, para pendukung Ganjar atau Puan terpantau agresif terhadap Anies dan/atau Prabowo, namun tidak sekuat kepada Sandiaga dan AHY.
“Selama periode pemantauan, percakapan tentang kedua figur yang namanya disebut terakhir, membentuk klaster tersendiri,” kata Munib.
Dari uraian di atas, dapat ditarik benang merah, popularitas Anies dan Ganjar linier antara temuan lembaga survei dan data media sosial-media berita, kendati terdapat disclaimer, periode dan teknik analisis digelar secara berbeda.
Figur Prabowo yang menurut lembaga survei masuk kelompok top three capres, namun di media siber berada di kelompok nomor buncit. Sebaliknya, Erick Thohir berada di jajaran top three, namun berada di kelompok popularitas terbawah dalam temuan lembaga survei.
Pada 10 figur yang dipantau, popularitas nama-nama yang acap kali disebut potensial sebagai kandidat capres, tidak linier antara temuan di survei lapangan dan performa di media berita – media sosial. Ridwan Kamil paling kuat di media berita, Anies Baswedan paling mentereng di media sosial.
“Temuan penting lainnya, figur yang terbaca agresif perkembangan mention-nya di platform lintas media adalah Erick, Puan, dan Cak Imin,” pungkas Munib Anshori.