SuaraPemerintah.IDÂ – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memproyeksikan bahwa suhu udara permukaan rata-rata di wilayah Indonesia tahun ini diperkirakan akan lebih tinggi dan panas dibandingkan dengan tahun 2023.
Proyeksi ini didasarkan pada analisis anomali suhu udara permukaan rata-rata bulanan dari Januari hingga Desember 2024, yang diperkirakan mengalami peningkatan antara +0,23 °C hingga +0,36 °C, dengan rata-rata sekitar 0,3 °C lebih hangat dibanding periode 1991-2020. Informasi ini diungkapkan dalam laporan ‘Pandangan Iklim 2024’ yang dirilis oleh BMKG pada Selasa (30/1).
BMKG menjelaskan bahwa proyeksi peningkatan suhu ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Berdasarkan pemantauan hingga akhir Desember 2023, BMKG mencatat bahwa anomali suhu muka laut (SST) di Samudera Pasifik bagian tengah dan timur menunjukkan adanya El Nino moderat dengan indeks sebesar +1,9. Selain itu, anomali SST di Samudera Hindia menunjukkan fenomena Indian Ocean Dipole (IOD) positif dengan indeks dipole mencapai +0,9.
Sementara itu, perairan Indonesia secara umum menunjukkan kondisi suhu muka laut yang lebih hangat dengan nilai anomali +2,0°C dengan pengecualian wilayah sisi barat Sumatra bagian selatan dengan nilai anomali -2,0°C karena fenomena IOD Positif.
Prediksi indeks El Nino Southern Oscillation (ENSO) dan IOD juga menunjukkan bahwa ENSO akan berada pada kisaran anomali +1,39 sampai +0,06.
“Atau disebut sebagai fase El Nino Moderat hingga Netral,” tulis BMKG.
Pada Januari-Februari-Maret 2024, ENSO berada pada fase El Nino Lemah dengan indeks ENSO +0,94. Indeks tersebut kemudian melemah hingga +0,46 (netral) pada Maret-April-Mei dan bertahan pada fase netral hingga akhir tahun 2024.
“Namun demikian, terdapat juga peluang kecil bahwa ENSO akan berkembang menjadi fase La Nina pada semester kedua 2024,” ujar BMKG yang dilansir dari CNN Indonesia.
Sementara itu, Indian Ocean Dipole (IOD) 2024 akan berada pada fase Netral pada Januari hingga Desember 2024 dengan indeks berkisar -0,21 hingga +0,29.
Namun demikian, menurut BMKG kondisi suhu permukaan yang diprediksi menghangat itu tidak akan sampai pada fenomena gelombang panas.
“Suhu permukaan pada tahun 2024 diprediksi lebih hangat dibanding normalnya,” kata BMKG.
“Namun, cukup kecil kemungkinan terjadi fenomena gelombang panas (heatwave) di wilayah Indonesia. Hal ini dikarenakan wilayah kita dikelilingi oleh lautan dan memiliki kelembapan udara tinggi sehingga sulit terjadi heatwave di wilayah kepulauan Indonesia,” lanjut keterangan itu.
Menghangatnya suhu permukaan rata-rata ini diprediksi tidak hanya di Indonesia, tapi juga secara global.
Organisasi Meteorologi Dunia PBB (WMO) mengatakan rekor suhu bulanan baru terjadi antara Juni dan Desember. Pola tersebut diprediksi akan terus berlanjut karena fenomena cuaca El Nino yang memanas.
Sekretaris Jenderal WMO Celeste Saulo memperingatkan bahwa El Nino, yang muncul pada pertengahan 2023, kemungkinan akan semakin memanas pada tahun 2024.
Juli dan Agustus tahun lalu adalah dua bulan terpanas yang pernah tercatat. Hal ini juga secara resmi mengonfirmasi bahwa tahun 2023 adalah tahun terpanas yang pernah tercatat.
“Mengingat El Nino biasanya memiliki dampak terbesar terhadap suhu global setelah mencapai puncaknya, maka tahun 2024 bisa menjadi lebih panas lagi,” ujar Saulo, melansir AFP.
Saulo mengatakan, perubahan iklim kini menjadi tantangan terbesar yang dihadapi penduduk Bumi.
Laporan WMO pada November lalu menemukan bahwa konsentrasi tiga gas rumah kaca utama yang memerangkap panas mencapai rekor tertinggi pada tahun 2022. Data menunjukkan konsentrasi tersebut terus meningkat pada tahun 2023.
“Perubahan iklim semakin meningkat, dan ini jelas disebabkan oleh aktivitas manusia,” ujarnya.
Sebelumnya, laporan pemantau iklim Uni Eropa Copernicus Climate Change Service (C3S) mencatat tahun 2023 menjadi tahun terpanas yang pernah tercatat. Peningkatan suhu bumi pada tahun 2023 hampir melewati ambang batas kritis 1,5 derajat Celcius.
“Suhu pada tahun 2023 kemungkinan besar melebihi suhu pada periode mana pun setidaknya dalam 100 ribu tahun terakhir,” ujar Wakil Kepala Layanan Perubahan Iklim Copernicus Samantha Burgees, mengutip AFP.
Copernicus juga meramalkan bahwa periode 12 bulan yang berakhir pada Januari atau Februari 2024 akan melebihi 1,5 derajat Celcius di atas tingkat pra-industri.
Cek Artikel dan Berita yang lainnya di Google News