Kementerian Pertanian (Kementan) bersama Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia resmi menjalin kerja sama strategis dalam upaya hilirisasi kelapa, singkong, dan tebu. Langkah ini bertujuan untuk mengurangi ketergantungan impor, mendorong produk dalam negeri, serta meningkatkan daya saing sektor pertanian.
Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menegaskan bahwa hilirisasi komoditas pertanian menjadi kunci dalam meningkatkan nilai tambah produk ekspor Indonesia. Hal ini disampaikannya dalam konferensi pers usai penandatanganan nota kesepahaman (MoU) dengan Ketua Umum Kadin Indonesia, Anindya Bakrie, di Jakarta pada Senin (11/3).
Mentan Andi Amran menjelaskan bahwa kelapa merupakan salah satu komoditas yang memiliki potensi besar untuk diolah lebih lanjut sebelum diekspor. Dengan adanya hilirisasi, produk kelapa yang selama ini diekspor dalam bentuk mentah diharapkan dapat memiliki nilai jual lebih tinggi.
“Kami bahas tadi hilirisasi pangan. Yang kita mau hilirisasi adalah kelapa. Kelapa kan bahan bakunya sudah ada,” kata Mentan.
Hilirisasi kelapa diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan petani, menambah devisa negara, serta mengurangi kemiskinan di daerah penghasil kelapa. Selain itu, dengan adanya pengolahan lebih lanjut, produk olahan kelapa akan memiliki daya saing yang lebih kuat di pasar global.
“Kita ekspor mentah. Kesejahteraan petani meningkat, devisa meningkat, kemiskinan berkurang. Nah itu karena kelapanya sudah ada,” ucap Mentan.
Selain kelapa, Mentan juga menyoroti pentingnya peningkatan produksi singkong untuk mengurangi ketergantungan impor. Saat ini, Indonesia masih mengimpor singkong dalam jumlah yang signifikan, sehingga diperlukan strategi untuk memperkuat produksi dalam negeri.
“Kemudian rencana (hilirisasi) singkong karena masih ada impor singkong,” tutur Mentan.
Tak hanya itu, hilirisasi tebu juga menjadi bagian penting dalam kerja sama ini. Dengan mengoptimalkan potensi tebu lokal, Indonesia diharapkan dapat mengurangi impor gula mentah dan memperkuat sektor pertanian dalam negeri.
“Kemudian tebu, karena kita masih impor gula mentah,” terang Mentan.
Mentan juga menyambut baik kolaborasi dengan Kadin. Ia menekankan bahwa keterlibatan dunia usaha, seperti Kadin, sangat penting dalam mempercepat pertumbuhan sektor pertanian.
”Dengan kehadiran Kadin dapat menjadi motor penggerak perekonomian bangsa. Kalau Kadin bergerak bersama pemerintah, hasilnya lebih baik ke depan,” katanya.
Melalui sinergi ini, Kementan dan Kadin akan mempercepat berbagai program strategis, mulai dari cetak sawah, optimalisasi lahan pertanian, hingga investasi di sektor pertanian, serta pengembangan komoditas kelapa, tebu, singkong, dan lainnya.
“Mimpi kita bukan bergerak secara linear tetapi eksponensial. Kami kolaborasi semua sektor mulai hari ini karena sudah tanda tangan MoU. Anggaran stimulan APBN ada untuk cetak sawah dan optimalisasi lahan yang sudah bisa dikerjakan sekarang,” tambahnya.
Sementara itu, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Anindya Bakrie menegaskan kesiapan pihaknya untuk berkolaborasi dengan Kementan dalam memperkuat ekosistem pertanian guna mewujudkan cita-cita swasembada pangan nasional.
“Kami sangat bersemangat karena mustahil mencapai pertumbuhan ekonomi 8 persen tanpa kontribusi besar dari sektor pertanian. Kadin siap mendukung penuh upaya pemerintah. Kami hadir di 38 provinsi di seluruh Indonesia dan jika Bapak Menteri membutuhkan sinergi dengan dunia usaha, kami siap memfasilitasi,” kata Anindya.
Sebagai organisasi yang menaungi dunia usaha berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1987, Kadin memiliki jaringan luas di seluruh Indonesia dan berperan dalam mendukung sektor pertanian, termasuk dalam penguatan teknologi, peningkatan SDM, serta pembukaan akses pasar internasional.
“Salah satu fokus utama kami adalah mendukung ekosistem pertanian, sebagaimana tertuang dalam MoU ini, kami ingin memperkuat teknologi, meningkatkan kapasitas SDM, dan membuka akses pasar internasional bagi produk pertanian Indonesia,” kata Andindya.
Cek Artikel dan Berita Lainnya di Google News