SuaraPemerintah.ID – Mudik, sebuah tradisi yang merayakan kebersamaan keluarga, telah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya Indonesia. Sebelum menjadi fenomena modern yang terkait dengan arus transportasi yang padat menjelang Hari Raya Idul Fitri, tradisi ini memiliki akar yang dalam dalam sejarah dan budaya Indonesia. Mari kita telusuri jejak sejarah serta asal usul dari tradisi mudik di Indonesia.
Istilah mudik berasal dari kata udik. Diambil dari bahasa melayu udik yang artinya hulu atau ujung. Sebab, pada masyarakat Melayu yang tinggal di hulu sungai pada masa lampau sering bepergian ke hilir sungai menggunakan perahu atau biduk. Setelah selesai urusannya, maka kembali pulang ke hulu pada sore harinya.
Tradisi mudik di Indonesia telah berakar sejak zaman kuno, jauh sebelum kemajuan transportasi modern. Pada zaman dahulu, masyarakat Indonesia yang mayoritas sebagai petani atau nelayan sering melakukan perjalanan jauh untuk berkunjung ke kampung halaman mereka. Perjalanan ini tidak hanya sebagai sarana rekreasi, tetapi juga sebagai momen untuk merayakan panen atau perayaan budaya lokal.
Meskipun tradisi mudik sudah ada sejak zaman kuno, perkembangan transportasi modern seperti kereta api, bus, dan pesawat terbang telah memperluas jangkauan dan memudahkan akses bagi masyarakat untuk melakukan perjalanan mudik. Hal ini terutama terjadi setelah kemerdekaan Indonesia, ketika infrastruktur transportasi mulai dibangun dan diperluas di seluruh negeri.
Dalam beberapa dekade terakhir, tradisi mudik telah mengalami perubahan signifikan sebagai akibat dari modernisasi dan urbanisasi. Banyak orang yang bermigrasi ke kota-kota besar untuk mencari pekerjaan atau pendidikan, sehingga membuat mudik menjadi lebih kompleks dan menantang. Kemacetan lalu lintas, tingginya harga tiket transportasi, dan faktor ekonomi lainnya sering kali menjadi kendala bagi mereka yang ingin melakukan perjalanan mudik.